PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Seiring dengan tingginya kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Probolinggo. Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI menjadikan Desa Karanganyar dan Pesantren Nurul Jadid, menjadi pilot project atau percontohan penanganan DBD.
Karena itu, Tim Arbovisoris datang langsung ke Desa Karanganyar dan Pesantren Nurul Jadid, pada Jum'at (10/11/2023). Dimulai dari senam Tjantik, penanganan dan penanggulangan DBD agar dapat menjadi representasi penanganan di Indonesia.
Ketua Tim Kerja Arbovirosis Kemenkes RI, dr. Asik Surya mengatakan, kedatangan itu guna menindaklanjuti instruksi Pj Bupati Probolinggo. Sesuai dengan komitmen bersama agar Probolinggo bebas jentik dan DBD. Mengingat saat ini DBD di Probolinggo tinggi dengan angka kematian mencapai 18 jiwa.
Menurutnya, agar dapat diantisipasi dengan baik. Maka perlu menggerakkan masyarakat dalam memberantas nyamuk. Dengan harapan tidak ada lagi kematian akibat kasus DBD di Indonesia, khususnya Kabupaten Probolinggo.
"Disini (Desa Karanganyar dan Pesantren Nurul Jadid, red) mungkin nanti akan dibuat contoh bagaimana kasus yang tinggi, secepat mungkin bisa paling rendah," jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Probolinggo, dr. Dewi Veronika mengatakan, penunjukan Desa Karanganyar dan Nurul Jadid sebagai percontohan penanganan DBD bukan tanpa alasan.
Pasalnya, kasus DBD di dua tempat tersebut masih tinggi. Sehingga perlu dilihat, sejauh mana penanganan terhadap adanya peningkatan kasus tersebut.
"Nanti, puncaknya di tanggal 29 November mendatang. Ada pencanangan desa dan ponpes terbaik dalam penanganan DBD dan menjadi contoh untuk Indonesia," katanya.
Dilokasi yang sama, Kepala Desa Karanganyar Mahfud menjelaskan, jika di Desa Karanganyar dan Nurul Jadid terdapat 230 kasus. 15 kasus warga Desa Karanganyar, dan 215 santri. Karena itu perlu support dari Dinkes dan Kemenkes RI dalam penanganan tingginya kasus DBD tersebut.
"Tim terpadu desa sudah kita lakukan bersama petugas Jumantik yang ada sekitar 260 orang. Tapi juga perlu support dari Dinkes dan Kemenkes RI," ucapnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin