Penampakan Sosok Meneer di Puing Bangunan Benteng Peninggalan VOC di Kota Probolinggo

PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Puing bangunan benteng peninggalan VOC di Kelurahan Mayangan, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo ini menyimpan kisah mistis, hal ini kerap dialami dan dirasakan oleh masyarakat setempat.

Menurut warga setempat, kerap melihat sosok penampakan Meneer Belanda, atau wanita bule. Bahkan hantu tersebut, kerap dijiluki hantu Nonik Belanda dan Inggris.

Baca Juga

Sudah Tau Belum? Ternyata Ada 4 Wilayah di Jakarta yang Miliki Museum Bersejarah Loh

Lilis, salah satu warga setempat mengatakan, sosok nonik - nonik belanda ini, sering menampakkan diri. Terutama pada penduduk setempat.

"Hampir seluruh warga yang tinggal di sekitaran benteng ini pasti sudah tahu semua. Bahkan sosok penampakannya itu menyerupai anak-anak kecil," terangnya, pada senin (27/1/2024) pagi.

Pernah suatu ketika, tetangga Lilis memanggil sosok yang mirip dengan anaknya. Sosok itu berkeliaran di sekitar makam. Wajahnya pucat seperti orang marah. Tetangga Lilis kemudian menyadari bahwa sosok itu adalah hantu.

Tak hanya itu, penduduk setempat juga kerap mendengar suara derap kaki layaknya pasukan militer yang sedang baris berbaris.

Padahal, warga tidak menemukan pasukan atau orang yang baris berbaris. Warga pernah melihat sosok yang mengenakan seragam militer jaman dahulu, namun, tanpa kepala.

Menurut penduduk sekitar, penampakan mahluk kasat mata itu berasal dari salah satu makam dua serdadu Inggris yang terletak di sisi belakanh bangunan bentemg tersebut

"Kalau orang tua saya pernah cerita, jika dua serdadu Inggris yang dimakamkan di tempat ini meninggal secara brutal oleh para pemberontak di sini," imbuhnya.

Berdasatkan fakta di lapangan, memang ada makam di lokasi tersebut. Di batu nisannya juga terdapay tulisan :

"SACRED TO THE MEMORYO LIEUT COLA MESFRASER AND CART JAMESH OF HIS MAJESTYS HICHLAND RECMENT HERSON WHO WERE BARBAROUSLY MURDERED BYA BAND OF INSURGENT NEAR ROBOLINCO ON THE NICHT OF THE 18 OF MAY 1853 THIS MONUMENT IS ERECTED OVER REMAINS BY THEIR BROTHER OFFICERS AS A MARK OF THE ....IN WHICH THEY HELD THE WORTH AND VIRTUES."

Artinya, "TANDA SUCI UNTUK MENGINGAT LIEUT COLA MESFRASER DAN CART JAMESH DARI RESIMEN YANG MULIA HICLAND HERSON YANG DIBUNUH SECARA KEJAM OLEH KELOMPOK PEMBERONTAK DI DEKAT PROBOLINGGO PADA MALAM HARI TANGGAL 18 MEI 1853. MONUMEN INI DIDIRIKAN OLEH REKAN-REKAN KERJA MEREKA SEBAGAI TANDA DARI MEREKA YANG MEMEGANG NILAI DAN KEBAJIKAN."

Selain itu, fenomena aneh juga kerap yerjadi di tempat tersebut. Terutama ketika ada orang yang bertindak gegabah di area sekitar makam.

"Dulu di pertengahan tahun 2024 pernah ada sekelompok mahasiswa yang hendak menjalani masa KKN, dan mereka bermaksud hendak menggelar acara pertunjukan band, namun tiba - tiba panggung yang sudah mereka pasang semalam sebelumnya langsung rusak roboh tanpa ada angin maupun hujan," tuturnya.

Hal tersebut ternyata karena mereka mendirikan panggung tanpa seijin siapapun. Mereka juga tidak memberikan sesajen sebagai tanda ijin di lokasi sekitar makam dan puing benteng.

"Ya jelas saja kalau seperti itu caranya, lah wong disini aja sering ada anak kecil yang tiba - tiba seperti kesuripan sepulang dari bermain," ungkapnya.

Namun, dengan semua keanehan tersebut, hampir seluruh warga sekitar pun sudah terbiasa dan tidak takut dengan hal klenik. Saat bercerita Lilis justru tertawa.

"Ya mau bagaimana lagi, memang sudah seperti ini, ya jadinya mau ndak mau, ya kita harus beradaptasi dengan kondisi seperti ini," katanya.

Bahkan dengan beredarnya kabar mistis pada puing sisa bangunan benteng itu, membuat masyarakat Kota Probolinggo semakin penasaran.

Alvia Wardah, warga Desa Pohsangit Leres, Kabupaten Probolinggo ini salah satunya. Ia mengaku semakin penasaran dengan tempat tersebut.

"Hanya penasaran saja, seperti apa suasana di Benteng Mayangan itu, ya sebenarnya takut juga. Makanya saya memilih mengunjungi benteng ini siang hari saja, sama sekalian mencari bahan materi untuk tugas kuliah juga," ucap mahasiswi Universitas Negeri Jember ini.

Editor : Arif Ardliyanto