PROBOLINGGO,iNewsProbolinggo.id - Merintis usaha adalah perjalanan yang penuh tantangan dan pembelajaran artinya tidak ada jaminan bahwa semua akan berjalan sesuai rencana.
Beberapa orang melakukan riset pasar ketika akan memulai usaha untuk mencari tahu kebutuhan konsumen dan tren yang sedang berkembang.
Hambatan, termasuk masalah permodalan, mencari supplier yang tepat, dan upaya membangun jaringan serta beradaptasi menjadi kunci keberhasilan sebuah usaha.
Seperti yang dialami oleh Sawalim (40), mantan karyawan PT. BFI, sebuah pabrik kayu di Kota Probolinggo, Jawa Timur.
Ia delapan tahun mengabdi sebagai karyawan dan akhirnya memutuskan untuk mengubah arah hidupnya menjadi pengusaha ikan asap di Desa Pesisir, tepatnya di Dusun Mawar, Kecamatan Sumberasih, Kabupaten Probolinggo.
Terinspirasi oleh kesuksesan seorang kerabat yang lebih dulu menekuni bisnis serupa pada tahun 2022.
Awalnya, Sawalim hanya menjual ikan asap milik saudaranya dengan keuntungan kecil, berkisar antara Rp500 hingga Rp1.000 per ekor.
Namun, dari pengalaman itu, ia belajar banyak tentang seluk-beluk bisnis ikan asap, mulai dari proses pengasapan hingga cara mengelola keuntungan.
“Dari sana, saya banyak belajar, termasuk cara mengasapi ikan dengan benar,” ungkapnya.
Bermodalkan pengalaman yang dimilikinya, Sawalim memberanikan diri memulai usaha sendiri pada 15 Agustus 2019.
Meskipun sempat terhenti selama tiga tahun akibat pandemi COVID-19, semangat Sawalim tidak surut.
Ketika pandemi mulai mereda, ia kembali dengan semangat baru dan meningkatkan kapasitas produksinya dari ratusan hingga lebih dari seribu ekor ikan per hari, terutama saat musim liburan.
Ikan yang diasapi Sawalim mencakup berbagai jenis, seperti ikan tongkol, ikan salem, ikan patin, dan ikan kakap, tergantung pada musimnya.
Proses pengasapan yang dilakukan Sawalim menggunakan bahan bakar alami dari tongkol jagung dan batok kelapa kering, yang memberikan aroma khas pada ikan asapnya.
Aroma inilah yang menjadi daya tarik utama, membuat produk Sawalim lebih digemari konsumen. Bahkan, pada akhir pekan, produksinya bisa mencapai 1,5 kwintal ikan asap.
Untuk memenuhi permintaan, Sawalim mendapatkan pasokan ikan segar dari Pasar Ikan Mayangan, Kota Probolinggo dan menjual hasil olahannya di berbagai lokasi strategis.
Harga jualnya bervariasi sesuai dengan fluktuasi harga ikan di pasaran. Saat harga ikan turun, Sawalim menjual tiga ekor ikan asap seharga Rp25 ribu, namun ketika harga naik, Rp25 ribu hanya mendapatkan dua ekor.
Kesuksesannya tidak lepas dari dukungan sang istri, Helmina (32), yang turut membantu menjual ikan asap di area parkir Pelabuhan Kota Probolinggo, sementara Sawalim menjualnya di Pusat Oleh-oleh Bolinggo di Jalan Raya Pesisir.
Meskipun jumlah produsen ikan asap di Dusun Mawar menurun drastis dari lebih 30 orang sebelum pandemi menjadi hanya 15 orang saat ini, Sawalim tetap optimis.
“Saya yakin usaha ini akan terus bertahan dan berkembang, karena usaha ini bukan hanya tentang bisnis, tetapi juga tentang keberanian untuk berubah,” tuturnya dengan penuh semangat.
Dengan tekad kuat dan kerja keras tanpa henti, Sawalim berhasil mengubah hidupnya, meraih untung jutaan rupiah setiap hari, dan membuktikan bahwa dengan keberanian serta tekad, kesuksesan bisa diraih.
Editor : Arif Ardliyanto