PROBOLINGGO, iNews.id - Merebaknya wabah Penyakit Mulut dan Kaki (PMK) pada hewan ternak, berdampak terhadap kestabilan harga daging di pasaran. Seperti yang terpantau, di Pasar Baru Kota Probolinggo.
Berdasarkan informasi yang dihimpun iNewsProbolinggo.id, harga daging sapi saat ini mengalami penurun drastis. Jika normalnya harga daging sapi berada di kisaran Rp 110.000/kg, setelah adanya wabah PMK harganya terjun bebas di kisaran Rp 75.000/kg.
Kondisi tersebut, disamping membuat para pedagang daging kelimpungan. Juga berimbas pada nasib para pedagang bakso keliling, tak sedikit dari mereka yang menjerit, karena sepinya pembeli imbas merebaknya Wabah PMK.
Seperti dirasakan seorang pedagang bakso keliling yang biasa mangkal, di tepian jalur protokol Kota Probolinggo. Waluyo mengatakan, adanya wabah PMK merupakan terpaan berat bagi ia dan pedagang bakso keliling lainnya.
"Dulu musim Covid 19, sekarang PMK. Habis ini musim apalagi," keluhnya saat bincang-bincang dengan iNewsProbolinggo.id, Jumat (8/7/2022).
Selama sepuluh tahunan menjadi pedagang bakso keliling, Waluyo mengaku tidak pernah merasakan nasib seperti saat ini. Omset menurun drastis, gara-gara pelanggan yang enggan membeli.
"Mereka banyak yang takut membeli bakso gara-gara wabah PMK," tuturnya.
Menurut Waluyo, adanya Wabah PMK serasa mencekik. Bagaimana tidak, sebelum Wabah PMK menyebar, Waluyo bisa menghabiskan 5 kg daging sapi untuk penjualan bakso keliling.
"Sekarang 1 kg tidak habis," katanya.
Kondisi yang sama dialami Stand Bakso Cuy yang berlokasi di Kelurahan Triwung Kidul, Kecamatan Kademangan. Saat ditemui di kedainya, Pemilik Bakso Cuy Irawan mengungkapkan, dagangan baksonya tidak selaris manis sebelum adanya Wabah PMK.
"Omsetnya sangat jauh menurun,," katanya.
Irawan pun, mengaku tidak mau berisiko. Sejak Wabah PMK melanda, stand baksonya seringkali terpaksa tutup. Itu karena, para pelanggannya banyak yang pergi setelah mendengar Wabah PMK.
Untungnya, Irawan masih punya usaha lain untuk menafkahi keluarganya dengan berdagangan baju secara online. "Untungnya saya masih punya usaha lain untuk menafkahi keluarga," katanya.
Editor : Ahmad Hilmiddin