Terselip dalam keadaan itu, mereka adalah individu yang penuh dengan intrik, penipuan, kecurangan, dan siasat. Pada permulaan masa umat Islam, mereka sering kali menjadi korban akibat sifat Yahudi yang demikian. Bahkan saat ini, umat Muslim masih mengalami dampak kesulitan akibat siasat dan penipuan yang dilakukan oleh mereka.
Allah Subẖānahu wa Ta’ālā menyatakan (dalam arti): "Jika kamu meraih kebaikan, mereka merasa sedih; namun jika kamu ditimpa musibah, mereka bergembira. Jika kamu tetap tabah dan bertaqwa, tipu daya mereka tidak akan merugikan kamu sedikit pun. Sesungguhnya, Allah mencakupi segala perbuatan yang mereka lakukan." (QS. Ali ‘Imran: 120).
Sejak zaman dahulu, bangsa Yahudi telah dikenal karena pemberontakan, pengkhianatan, serta ketidakpatuhan terhadap janji dan perjanjian. Allah Subẖānahu wa Ta’ālā menyatakan (dalam arti): "Sesungguhnya, yang paling buruk di sisi Allah di antara makhluk yang berjalan adalah orang-orang kafir, karena mereka tidak beriman, yaitu orang-orang yang memiliki perjanjian denganmu, kemudian setiap kali berjanji mereka mengkhianati janjinya, sedangkan mereka tidak takut kepada Allah." (QS. Al-Anfal: 55-56).
Bangsa Yahudi, sepanjang sejarah hidup mereka, telah menjadi sumber kerusakan bagi masyarakat, menjadi akar dari segala kemungkaran dan kekejian. Mereka menyebarkan amoralitas dan menghidupi diri dengan merusak. Sepanjang riwayat mereka, mereka telah menjadi pangkal dari perbuatan tercela dan perilaku amoral. Mereka mempromosikan rumah-rumah pelacuran secara global dan mendorong pergaulan bebas di mana pun mereka berada.
Mereka merampok harta orang lain, lalu memanfaatkannya untuk menyebarkan perilaku tercela ke dalam komunitas mereka, merusak norma-norma yang ada, mengikis iman mereka, dan melemahkan kekuatan mereka, menjadikan mereka sasaran empuk. Sungguh, begitu licik dan penuh tipu daya tindakan mereka.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait