Salah satu bukti kekerasan hati mereka adalah keberanian mereka dalam membunuh beberapa nabi Allah yang diutus untuk membawa petunjuk, kesalehan, kebahagiaan, dan kemenangan.
Allah Subẖānahu wa Ta’ālā menyatakan, "Kami telah membuat perjanjian dengan Bani Israil dan mengutus rasul-rasul kepada mereka. Namun, ketika rasul-rasul itu datang dengan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan mereka, sebagian dari mereka mendustakan dan sebagian lainnya membunuh rasul-rasul tersebut." (QS. Al-Maidah: 70).
Allah Subẖānahu wa Ta’ālā juga menyebutkan, "Kami menghukum mereka karena melanggar perjanjian, karena kekafiran mereka terhadap tanda-tanda kebesaran Allah, membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan mengatakan, 'Hati kami telah terpelihara.' Allah telah mengunci hati mereka karena kekafiran, sehingga hanya sedikit di antara mereka yang beriman." (QS. An-Nisa’: 155).
Allah Subẖānahu wa Ta’ālā juga menyatakan, "Orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Allah, membunuh para nabi tanpa alasan yang benar, dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berlaku adil, akan mendapat kabar gembira tentang siksa yang sangat pedih." (QS. Ali ‘Imran: 21).
Melansir laman konsultasisyariah disebutkan, kekerasan hati yang digambarkan oleh Allah dalam al-Qur’an masih tersisa pada mereka, meskipun sudah lama berlalu dan zaman telah berganti hingga zaman kita sekarang.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta
Artikel Terkait