Acara ini diselenggarakan oleh Mata Kuliah Umum (MKU) Untag Surabaya pada 6 Juni di Auditorium lantai enam Gedung R. Ing. Soekonjono. Seminar ini merupakan wujud nyata Untag Surabaya dalam memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni.
Rektor Untag Surabaya, Prof. Dr. Mulyanto Nugroho, M.M., CMA., CPA, dalam sambutannya menekankan pentingnya semboyan ‘Bhineka Tunggal Ika’ sebagai keunggulan bangsa Indonesia.
"Dengan merajut perbedaan suku dan budaya, Indonesia dapat memperkuat fondasi persatuan dan kesatuan serta mewujudkan pembangunan yang adil dan merata. Ini menjadi landasan kuat bagi kita untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045," tegasnya.
Serangkaian acara Bulan Bung Karno di YPTA Surabaya bukan hanya sekadar peringatan sejarah, melainkan sebuah upaya nyata untuk menggugah dan mengobarkan kembali semangat patriotik di kalangan generasi muda. Dengan berlandaskan pada nilai-nilai Pancasila, YPTA Surabaya dan Untag Surabaya bertekad membentuk generasi yang tangguh dan siap menghadapi tantangan masa depan.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Yayasan Perguruan 17 Agustus 1945 (YPTA) Surabaya J. Subekti, SH., MM., mengungkapkan bahwa kondisi Indonesia saat ini sedang terpecah akibat melemahnya rasa nasionalisme dan patriotisme. J. Subekti juga menilai bahwa pengamalan nilainilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa semakin menurun.
"Berdasarkan survei litbang, hanya 28% anak-anak yang memahami ideologi Pancasila dari guru, 21% dari media sosial, dan 49% tidak mengerti sama sekali. Oleh karena itu, mari kita bangun kembali semangat keindonesiaan dengan menyalakan api perjuangan Bung Karno agar Indonesia tetap dihormati dan diperhitungkan di kancah internasional," ujarnya.
Seminar Kebangsaan ini menghadirkan dua pembicara yang kompeten di bidangnya, yakni Kepala Pusat Studi Pancasila Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Drs. Agus Wahyudi, M.Si., M.A., Ph.D., dan Sang penulis buku ‘Merahnya Ajaran Sukarno, Narasi Pembebasan Ala Indonesia’, Airlangga Pribadi Kusman, S.IP., M.Si., Ph.D.
Menurut Agus, pendidikan dan pembelajaran Pancasila perlu didorong agar lebih dikenal oleh generasi muda. Jika sektor ini lemah, yang menjadi taruhan adalah kelangsungan Republik Indonesia.
"Pendidikan moral harus berjalan secara natural berdasarkan konteks dan pengalaman. Oleh karena itu, kita perlu menghindari indoktrinasi karena demokrasi membutuhkan warga negara dengan kesadaran kritis, termasuk dalam mencerna pilihan-pilihan moral dan etik," jelasnya.
Sejalan dengan Agus, Airlangga berpendapat bahwa Indonesia saat ini mengalami krisis kepemimpinan, sehingga integritas dan etika sangat penting bagi para penyelenggara negara.
"Penting untuk memiliki pemahaman berdasarkan analisis terkait masalah ekonomi politik serta pijakan politisnya. Selain itu, penting juga menggali gagasan dan pemikiran Bung Karno di era digital seperti sekarang," ujarnya.
Editor : Arif Ardliyanto