Fenomena ini juga dikenal dengan istilah awan celah melingkar, awan lubang jatuh, dan awan lubang-lubang.
"Bentuk seperti celah pada awan ini paling sering ditemukan di lapisan awan altocumulus, diikuti oleh cirrocumulus dan kemudian stratocumulus," katanya dalam keterangannya pada hari Selasa (4/6/2024).
Secara umum, lubang pada awan tersebut lebih tampak di lapisan altocumulus atau awan menengah yang terbentuk ketika pesawat terbang melalui lapisan awan kumuliform tipis dan memicu pembekuan.
Pembekuan ini membuat tetesan air berubah menjadi partikel es sehingga terjadi efek yang mirip dengan efek domino. Efek ini menciptakan celah di awan tempat partikel es turun di ketinggian dan terkadang membentuk lengkungan karena angin yang berbeda di berbagai ketinggian.
"Awan cavum dapat ditemukan di antara tiga jenis awan, yakni cirrocumulus, altocumulus, dan stratocumulus," kata Akmal.
Meskipun ada penjelasan ilmiah, banyak netizen yang mengomentari ini sebagai teknologi HAARP atau program rekayasa cuaca.
"Apakah ini ada hubungannya dengan HAARP?," tulis aldiansyahahaha17.
"HAARP kembali aktif," tulis ariohaha.
"Ini bisa menjadi kuasa Allah SWT atau mungkin dilakukan oleh alat-alat yang bisa merubah cuaca," tulis @ridwanherdianto.
"Bersiaplah, mungkin akan ada gempa," tulis @miftahu_hd18.
Editor : Sazili Mustofa