Dia diakui sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam strategi kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari melawan koalisi negara-negara Arab. Pada sekitar tahun 1970-an, Rabin beralih ke dunia politik.
Dia terpilih sebagai anggota parlemen dari Partai Buruh. Seiring berjalannya waktu, popularitas Rabin di Partai Buruh semakin meningkat. Hal ini membuatnya diperhatikan oleh Perdana Menteri Golda Meir, yang kemudian mengangkatnya sebagai salah satu menteri.
Pada tahun 1974, Meir mengundurkan diri, dan Rabin mengambil alih kepemimpinan partai serta menjadi Perdana Menteri baru Israel.
Selama karirnya, Rabin menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dua kali, yaitu pada periode 1974-1977 dan 1992-1995.
Kebijakan Yitzhak Rabin
Selama kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri, Rabin mempertahankan reputasi yang baik, meskipun beberapa kali dihadapkan pada berbagai skandal. Namun, popularitasnya tetap tinggi.
Selain itu, Rabin juga berusaha memediasi kesepakatan damai antara Israel dan Palestina melalui Perjanjian Oslo. Dalam upayanya ini, Rabin mencoba mencapai kesepakatan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang saat itu dipimpin oleh Yasser Arafat. Usahanya ini membuat Rabin meraih Penghargaan Nobel Perdamaian.
Sayangnya, usaha damai tersebut belum terwujud sepenuhnya dan justru berakhir tragis bagi kehidupannya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta