TEL AVIV, iNews.id - Yitzhak Rabin adalah salah satu figur yang memiliki dampak besar di Israel. Pada masa lalu, dia pernah menjabat sebagai Perdana Menteri (PM).
Mengenai sejarahnya, awalnya Rabin adalah seorang prajurit. Setelah pensiun dari militer, dia memasuki arena politik di negaranya.
Tidak butuh waktu lama bagi Rabin untuk menjadi sosok terkemuka. Dia menjabat dalam sejumlah posisi penting. Siapakah sebenarnya Yitzhak Rabin?
Profil Yitzhak Rabin
Rabin dilahirkan di Yerusalem pada tanggal 1 Maret 1922. Pada saat kelahirannya, dunia sedang dilanda perang besar yang menyebabkan imigrasi Yahudi ke negara-negara lain.
Rabin menyelesaikan pendidikan di Sekolah Pertanian Kadoorie pada tahun 1940. Setelah itu, dia bergabung dengan militer dan menjadi bagian dari pasukan Yahudi.
Pada tahun 1948, Israel mengumumkan kemerdekaannya. Rabin ikut serta dalam perang melawan koalisi negara-negara Arab.
Dengan reputasi yang gemilang, Rabin kemudian diangkat sebagai Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel pada tahun 1964.
Dia diakui sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam strategi kemenangan Israel dalam Perang Enam Hari melawan koalisi negara-negara Arab. Pada sekitar tahun 1970-an, Rabin beralih ke dunia politik.
Dia terpilih sebagai anggota parlemen dari Partai Buruh. Seiring berjalannya waktu, popularitas Rabin di Partai Buruh semakin meningkat. Hal ini membuatnya diperhatikan oleh Perdana Menteri Golda Meir, yang kemudian mengangkatnya sebagai salah satu menteri.
Pada tahun 1974, Meir mengundurkan diri, dan Rabin mengambil alih kepemimpinan partai serta menjadi Perdana Menteri baru Israel.
Selama karirnya, Rabin menjabat sebagai Perdana Menteri Israel dua kali, yaitu pada periode 1974-1977 dan 1992-1995.
Kebijakan Yitzhak Rabin
Selama kepemimpinannya sebagai Perdana Menteri, Rabin mempertahankan reputasi yang baik, meskipun beberapa kali dihadapkan pada berbagai skandal. Namun, popularitasnya tetap tinggi.
Selain itu, Rabin juga berusaha memediasi kesepakatan damai antara Israel dan Palestina melalui Perjanjian Oslo. Dalam upayanya ini, Rabin mencoba mencapai kesepakatan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), yang saat itu dipimpin oleh Yasser Arafat. Usahanya ini membuat Rabin meraih Penghargaan Nobel Perdamaian.
Sayangnya, usaha damai tersebut belum terwujud sepenuhnya dan justru berakhir tragis bagi kehidupannya.
Akhir Hayat yang Tragis
Perjanjian Oslo mendapat kritik dari kedua belah pihak, baik Palestina maupun Israel. Di pihak Israel, banyak yang menganggapnya sebagai kemunduran bagi negara.
Tak hanya itu, beberapa orang menyebut Rabin sebagai pengkhianat. Akibatnya, dia menjadi target serangan yang mengakibatkan kematiannya oleh seorang ekstremis Yahudi sekitar tahun 1995.
Menurut catatan sejarah, Rabin ditembak setelah menghadiri pertemuan umum di Kings Square, Tel Aviv. Penembakan terjadi saat PM Israel berjalan menuju mobilnya.
Tiba-tiba, seorang ekstremis Yahudi bernama Yigal Amir menembaknya di lengan dan punggung. Saat ditangkap, diketahui bahwa Amir memiliki koneksi dengan kelompok sayap kanan Yahudi Eyal.
Alasan di balik penembakan ini adalah pernyataan Amir bahwa Rabin berencana untuk "mengambil negara kita" dan memberikannya kepada orang-orang Arab. Meskipun Rabin dilarikan ke Rumah Sakit Ichilov setelah penembakan, nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Demikianlah profil Yitzhak Rabin, mantan Perdana Menteri Israel yang mengakhiri hidupnya dengan tragedi yang tragis.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta