Mereka terpaksa menghadapi menstruasi tanpa produk menstruasi, tisu toilet, atau sabun, tanpa kesempatan untuk membersihkan diri. Ratusan ribu perempuan dan anak-anak dewasa di Gaza mengalami kenyataan yang sulit ini.
Beberapa perempuan bahkan terpaksa menggunakan handuk atau bahan tenda sebagai pembalut, yang jelas-jelas tidak sehat dan meningkatkan risiko infeksi serta sindrom syok toksik.
Para relawan medis di Gaza juga mengalami kesulitan, di mana ada yang tidak memiliki air untuk membersihkan menstruasi dan bahkan tidak memiliki pembalut untuk kebutuhan pribadi mereka.
Krisis air di Gaza semakin parah, dengan warga hanya mendapatkan 15 liter air per orang per hari, di bawah kebutuhan normal. Adara, seorang ibu yang mengungsi bersama anak-anaknya di Rafah, menyatakan bahwa keluarganya menderita setiap kali pergi ke kamar mandi karena harus antre lama.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait