GAZA, iNewsProbolinggo.id - Serangan Israel di Jalur Gaza, Palestina, berdampak serius pada sektor kesehatan. Persediaan alat medis dan obat-obatan darurat menipis atau bahkan habis karena blokade yang diberlakukan oleh pemerintahan Zionis terhadap Gaza.
Para pasien yang menjadi korban gempuran tentara Israel terpaksa menjalani operasi tanpa anestesi karena ketiadaan persediaan obat-obatan yang memadai.
Tidak hanya korban langsung serangan Israel yang merasakan dampaknya, namun juga para perempuan yang sedang melahirkan. Seorang perempuan hamil di Gaza bahkan harus menjalani operasi caesar tanpa obat bius.
Tess Ingram, seorang staf UNICEF di Gaza, menyampaikan kepada Sky News bahwa bayi-bayi yang baru lahir mengalami penderitaan, sementara ibu-ibu mereka meninggal karena kehabisan darah.
Riham Jafari, seorang relawan dari lembaga kemanusiaan medis ActionAid, menyoroti kondisi sulit yang dihadapi perempuan yang sedang menstruasi di Gaza.
Mereka terpaksa menghadapi menstruasi tanpa produk menstruasi, tisu toilet, atau sabun, tanpa kesempatan untuk membersihkan diri. Ratusan ribu perempuan dan anak-anak dewasa di Gaza mengalami kenyataan yang sulit ini.
Beberapa perempuan bahkan terpaksa menggunakan handuk atau bahan tenda sebagai pembalut, yang jelas-jelas tidak sehat dan meningkatkan risiko infeksi serta sindrom syok toksik.
Para relawan medis di Gaza juga mengalami kesulitan, di mana ada yang tidak memiliki air untuk membersihkan menstruasi dan bahkan tidak memiliki pembalut untuk kebutuhan pribadi mereka.
Krisis air di Gaza semakin parah, dengan warga hanya mendapatkan 15 liter air per orang per hari, di bawah kebutuhan normal. Adara, seorang ibu yang mengungsi bersama anak-anaknya di Rafah, menyatakan bahwa keluarganya menderita setiap kali pergi ke kamar mandi karena harus antre lama.
Editor : Sazili Mustofa