8. Turki
Memburuknya keuangan pemerintah dan meningkatnya defisit neraca perdagangan dan modal telah memperparah masalah Turki dengan utang yang tinggi dan meningkat, inflasi lebih dari 60% dan pengangguran yang tinggi. Bank Sentral terpaksa menggunakan cadangan devisa untuk menangkis krisis mata uang, setelah lira yang terkepung jatuh ke posisi terendah sepanjang masa terhadap euro dolar AS pada akhir tahun 2021.
Pemotongan pajak dan subsidi bahan bakar untuk meredam pukulan dari inflasi telah melemahkan keuangan pemerintah. Keluarga berjuang untuk membeli makanan dan barang-barang lainnya, utang luar negeri Turki sekitar 54% dari PDB.
9. Zimbabwe
Inflasi di Zimbabwe telah melonjak hingga lebih dari 130%, meningkatkan kekhawatiran negara tersebut dapat kembali ke hiperinflasi tahun 2008 yang mencapai 500 miliar persen dan menumpuk masalah pada ekonominya yang sudah rapuh.
Zimbabwe berjuang untuk menghasilkan arus masuk yang memadai dari greenback yang dibutuhkan untuk ekonomi lokalnya yang sebagian besar dolar, yang telah terpukul oleh tahun-tahun deindustrialisasi, korupsi, investasi rendah, ekspor rendah dan utang tinggi.
Inflasi telah membuat warga Zimbabwe tidak mempercayai mata uang tersebut, menambah permintaan dolar AS.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait