JAKARTA, iNews.id - Sri Lanka alami kebangkrutan karena tak sanggup membayar utang jatuh tempo. Kondisi negara pun kian sulit, listrik padam hingga harus berhari-hari untuk mendapat BBM.
Bukan hanya Sri Lanka yang menjadi satu-satunya negara yang alami krisis. Kebangkrutan pun membayangi sejumlah negara di dunia seperti Laos, Pakistan, Venezuela hingga Guinea.
Menurut laporan AP, Senin (11/7/2022), sekitar 1,6 miliar orang dari 94 negara menghadapi krisis pangan, energi dan sistem keuangan. Sekitar 1,2 miliar dari mereka tinggal di negara-negara “badai sempurna” atau sangat rentan terhadap krisis biaya hidup ditambah krisis lainnya.
Menurut laporan bulan lalu Global Crisis Response Group dari Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa mengungkapkan banyak negara alami ketegangan jangka panjang.
Penyebab kesengsaraan setiap negara bervariasi, tetapi risiko semua meningkat dari melonjaknya biaya untuk makanan dan bahan bakar. Hal ini didorong oleh perang Rusia dengan Ukraina, yang melanda tepat ketika gangguan terhadap pariwisata dan aktivitas bisnis lainnya dari pandemi virus corona memudar.
Bank Dunia memperkirakan bahwa pendapatan per kapita di negara berkembang akan menjadi 5% di bawah tingkat pra-pandemi tahun ini.
Berikut adalah beberapa negara yang alami krisis ekonomi:
1. Afghanistan
Negara ini terhuyung-huyung akibat krisis ekonomi yang mengerikan sejak Taliban mengambil kendali ketika AS dan sekutu NATO-nya menarik pasukan mereka tahun lalu. Bantuan asing—yang telah lama menjadi andalan berhenti praktis dalam semalam dan pemerintah memberlakukan sanksi, menghentikan transfer bank dan melumpuhkan perdagangan, menolak untuk mengakui pemerintah Taliban.
Pemerintahan Biden membekukan USD7 miliar cadangan mata uang asing Afghanistan yang disimpan di Amerika Serikat. Sekitar setengah dari 39 juta penduduk negara itu menghadapi tingkat kerawanan pangan yang mengancam jiwa dan sebagian besar pegawai negeri, termasuk dokter, perawat, dan guru, tidak dibayar selama berbulan-bulan. Sebuah gempa bumi baru-baru ini menewaskan lebih dari 1.000 orang, menambah kesengsaraan itu.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait