Merendahkan orang lain tidak hanya bisa dilakukan oleh orang kaya dan penguasa saja. Sebaliknya bisa juga dilakukan oleh siapa pun. Seorang suami bisa saja menganggap istrinya tidak memahami suatu persoalan, sehingga dia merendahkan istrinya dalam hatinya, dan berperilaku sombong kepadanya tanpa ia sadari.
Seorang ayah bisa saja menganggap anaknya lebih rendah darinya dalam pengetahuan dan pengalaman, sehingga ia merendahkan anaknya dalam hatinya tanpa ia sadari. Allah telah melarang sifat takabur terhadap sesama hamba.
Saat mengisahkan nasihat Lukman kepada anaknya, Allah SWT berfirman: janganlah engkau berpaling dari mereka dengan bersikap sombong, menghadaplah kepada mereka dengan mukamu, jangan engkau hadapkan kepada mereka separuh bagian mukamu dan pipimu seperti yang dilakukan oleh orang-orang yang bersikap congkak dan sombong. Jangan engkau berjalan dengan gaya jalan yang penuh kesombongan, kecongkakan dan rasa bangga diri.
Virus takabur ini jangan sampai menyerang hati, karena bisa merusaknya. Untuk itu, diperlukan introspeksi untuk menghilangkan sifat takabur. Karena kita sama sekali tidak pantas menyombongkan dan membanggakan diri kita. Sekuat apa pun, sehebat apa pun, sekaya apa pun, sekuasa apa pun, setinggi apa pun jabatan seseorang, suatu saat nanti pasti ia akan dikalahkan oleh kematian.
Seseorang yang selalu memantau dan mengawasi hatinya serta terus menerus berusaha untuk menghindarkannya dari virus takabur, maka ia akan meyakini bahwa kecerdasan, ilmu, harta dan jabatannya, sejatinya bukanlah berasal dari dirinya. Tapi itu semua adalah karunia yang Allah yang dianugerahkan kepada dirinya. Karenanya, mari belajar bersama-sama untuk memerangi virus takabur yang bisa mematikan hati. Wallahu a’lam bisshawab.
Editor : Ahmad Hilmiddin