Tim dokter Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah Suzy Indharty mengatakan bahwa pengukuran suhu dan tanda vital jamaah menjadi parameter dalam penggunaan rompi set ini.
"Suhu diukur secara continues dan akan dihentikan setelah suhu pasien turun mencapai 38 derajat, untuk kemudian diberikan terapi standar lainnya," katanya.
Penggunaan tekno cool bukan tanpa sebab. Daya tahan dingin yg lama dan titik leleh menjadi alas alasan utama teknologi ini digunakan
“Bisa bertahan 8-12 jam, jauh lebih lama dibandingkan dengan penggunaan es atau ice gel, tidak cepat mencair dan tidak basah,” tambahnya.
Dalam penggunaanya, pasien akan dipakaikan rompi lengkap dengan decker untuk meredam saraf-saraf sensorik yang banyak di bagian tubuh terbuka yang tersengat matahari yaitu bagian lengan, paha, dan betis.
"Dalam keaadaan emergency, techno cool bisa langsung ditempelkan di tubuh pasien," kata Suzy.
Koordinator Surveilans PPIH Arab Saudi Bidang Kesehatan Rustika memastikan teknologi ini sangat dibutuhkan untuk penanganan heat stroke pada jamaah haji.
"Inovasi ini perlu mendapatkan dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional agar dapat digunakan secara massal. Teknologi dan inovasi baru dalam penanganan heatstoke sangat dibutuhkan," katanya.
Di sisi lain, pengembangan penelitian selanjutnya dilakukan kolaborasi dengan BRIN, bagaimana bisa digunakan selanjutnya karena cuaca terlalu panas di Arab Saudi.
Editor : Ahmad Hilmiddin