Sementara tokoh masyarakat Suku Tengger, Supoyo mengatakan, selama proses ritual berlangsung, hanya penduduk lokal yang memenuhi kawasan lautan pasir dan bibir kawah Gunung Bromo.
"Dengan ditutupnya wisata, masyarakat Suku Tengger bisa menjalani prosesi ritual dengan tenang, jadi kita terapkan saja metode tersebut, meskipun masa pandemi telah usai,” terangnya.
Termasuk untuk pedagang, sebut Supoyo, juga dibatasi. Pedagang yang diperbolehkan berjualan, hanya pedagang yang menjual makanan tradisional seperti gipang, dan properti perlengkapan upacara saja."
"Jadi untuk pedagang yang hendak berjualan selain makanan dan perlengkapan upacara, tidak kita perbolehkan, agar suasana di sekitar Pura Luhur Poten bisa kondusif," jelasnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait