get app
inews
Aa Read Next : Kisah Ketulusan Hati Mak Iyah, Lansia 70 Tahun Ikhlas Bersihkan Masjid Setiap Hari tanpa Imbalan

Mitigasi Bencana Tsunami dan Tolak Tambang Disuarakan Relawan Konservasi Lumajang. Ini Gerakannya

Sabtu, 02 April 2022 | 11:28 WIB
header img
Puluhan relawan saat melakukan konservasi Penanaman pohon

LUMAJANG, iNews.id - Puluhan relawan konservasi melakukan penanaman pohon di pantai Mbah Drajid, desa Wotgalih, kecamatan Yosowilangun, kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Kegiatan yang bertajuk "Tanam Pohon di Pantai Wotgalih" ini sebagai bentuk mitigasi bencana, mengingat pesisir selatan pulau Jawa ini memiliki potensi megathust yang bisa menyebabkan terjadinya tsunami dahsyat. Selain menanam pohon, para relawan ini menyerukan penolakan terhadap segala bentuk perusakan pesisir selatan Lumajang khususnya penambangan pasir dan sekaligus mendesak pemerintah kabupaten Lumajang untuk segera membuat kebijakan dan mengambil tindakan tegas guna melindungi kawasan tersebut, mulai dari desa Wotgalih hingga desa Tempursari.

Adapun jenis pohon yang ditanam kali ini adalah Jambu Mente. Karena pohon ini selain mempunyai fungsi konservasi, ia juga memiliki fungsi ekonomi. Akarnya kuat dan pohonnya kokoh. Buahnya bisa menjadi makanan satwa liar dan bisa juga diolah menjadi aneka camilan dengan harga jual yang cukup tinggi.

Aktivis lingkungan gus A'ak Abdullah Al-Kudus selaku inisiator dari kegiatan ini mengatakan bahwa kegiatan ini merupakan kerja kolaboratif antara Laskar Hijau, GUSDURian Peduli, LPBI NU dan PT. Grand Zamzam Indonesia. "Semua lembaga yang terlibat memiliki concern yang sama terhadap pengurangan resiko bencana dan perubahan iklim" kata Gus A'ak.

Lebih lanjut Gus A'ak berharap kegiatan ini bisa diduplikasi oleh orang-orang yang memiliki kepedulian yang sama mulai dari Banyuwangi di Jawa Timur hingga Ujung Kulon di Jawa Barat. "Semoga makin banyak orang yang tergerak untuk melakukan gerakan yang sama, karena Ini darurat dan harus segera dilakukan demi keselamatan kita semua" tegasnya.

Dipilihnya desa Wotgalih sebagai titik awal kegiatan ini, karena sejak tahun 2011 warga di desa ini dengan kompak menolak adanya penambangan pasir besi di desanya. Gerakan ini pula yang menginspirasi Salim Kancil pada tahun 2015 untuk melakukan penolakan penambangan pasir besi di desa Selok Awar-Awar yang hanya berjarak sekitar 10 km dari Wotgalih, hingga akhirnya ia mati syahid sebagai pahlawan pembela lingkungan. 

Editor : Ahmad Hilmiddin

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut