PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Pasangan Suami Istri (Pasutri) di Kecamatan Tegalsiwalan, Kabupaten Probolinggo ini sukses mendirikan wisata petik anggur sebagai sarana edukasi untuk pengunjung.
Mereka ialah Muhammad Joko Hasbullah dan Ika Novianti. Keduanya pasangan suami istri yang bercita-cita tak ingin Anggur punah sebagai ciri khas dan ikon Probolinggo.
Bermula dari cerita temannya di Kesultanan Brunei yang menyebut ada Wisata Strawberry sembari diedukasi, hati Joko tergerak untuk membuatnya di depan rumahnya. Jadi lah, di tahun 2017 ia mulai mengoleksi beberapa bibit anggur dan menanamnya.
Di halaman rumahnya pun, berdirilah sebuah tanaman anggur yang di atasnya terdapat atap kaca dengan penyangga aluminium.
Kini, sudah ratusan wisatawan lokal dan manca negara mengunjungi wisata yang dinamai Kebun M. Jok-Jok.
Joko menyampaikan sudah ada 100 jenis tanaman anggur. Seperti jenis Jupiter, portugis drim, makaon, heliodok, orano, enigma, dan gosfi. Semua bibit sudah pernah berbuah di kebun Joko.
Ia mematok harga 100 ribu setiap satu pengunjung. Menurutnya, harga tersebut sudah paket lengkap dengan edukasi tentang anggur dan anggur yang dipetik sebanyak satu kilo.
"Pelanggan ada aja setiap minggunya kesini," terangnya, pada senin (23/12/2024) siang.
Bukan soal uang, Joko sangat senang apabila kedatangan pelanggan. Sehingga ia bisa berbagi ilmu tentang anggur.
"Pelanggan itu kan awam ya rata-rata. Saya pasti nyerocos kalau kedatangan pelanggan," ucapnya.
Meski senang menanam anggur, Joko juga sering kali mengalami kesulitan. Terlebih di musim kemarau. Sebab, desanya akan kesulitan air jika memasuki musim kemarau.
"Anggur ini buah yang membutuhkan air tapi harus tahu kadarnya, " imbuhnya.
Selain air, ia merawat tanaman anggurnya dengan mengekstraksi kunyit dan laos. Kedua ramuan itu diperas dan disiramkan pada tanah, tempat pohon anggur tumbuh. Itu ia lakukan untuk menjaga tanamannya.
Pada wisatawannya ia menyampaikan, menanam anggur itu hal yang mudah. Namun juga perlu kejelian. Sebab, meski disebut tanaman yang membutuhkan air, jika tidak mengetahui kadar kebutuhan, maka tanamannya bisa saja gagal.
"Disini itu kan mulai dari bibit ada. Saya edukasi juga, terus ada orang yang mau beli, kami kasih kalau itu layak dijual. Biasanya bibit usia 3 bulan setengah," tuturnya.
Istrinya pun juga menjual peyek daun anggur. Seperti proses peyek lainnya, daun anggur pilihan digoreng dengan baluran tepung. Rasanya renyah namun kecut.
"Bagi kami, kami ingin mempertahankan ikon anggur sebagai ikon Probolinggo," tegasnya.
Saking cintanya pada anggur, Joko bercerita, pernah suatu hari anak-anak sekolah yang lewat di depan rumahnya tiba-tiba mendatangi kebunnya. Ia tidak melarangnya. Justru ia mempersilakan anak-anak tersebut memakan buah anggur miliknya.
"Kebun saya gak saya kunci, kalau ada yang mau ambil justru saya senang. Berarti orang itu tertarik pada anggur," ungkapnya.
Joko tergabung dalam Komunitas Pecinta Anggur di Kopling atau Komunitas Peduli Lingkungan Probolinggo. Ia menjadi Ketua Umum. Di komunitas ini, pembudidaya anggur bersemangat mempertahankan anggur sebagai ikon Probolinggo.
"Harapannya, kami terus istiqomah dan anggur tetap tumbuh di tanah Probolinggo," tandas Joko.
Editor : Arif Ardliyanto