Rizal mengatakan bahwa tidak mudah baginya memiliki ponsel seperti anak-anak lainnya. Dia harus bekerja keras sepanjang hari di tanah pemakaman untuk mendapatkan uang demi membeli gadget tersebut.
Menurutnya, ponsel diperlukan di sekolah. Meskipun dia sering meminjam ponsel kakaknya untuk belajar, dia merasa itu tidak optimal.
"Sekarang ini memang sudah butuh menggunakan gadget, kadang-kadang saya pinjam punya kakak saya. Tapi kadang-kadang dia membawanya sehingga saya tidak bisa menggunakannya," jelasnya.
Meskipun menghabiskan sepanjang hari di pemakaman, Rizal tidak selalu mendapatkan banyak uang. Dia mengatakan bahwa tidak semua pengunjung pemakaman menggunakan jasanya untuk membersihkan makam.
Biasanya, Rizal akan menawarkan jasanya kepada pengunjung apakah mereka ingin membersihkan makam atau tidak. Jika mereka menolak, dia tidak akan mendapatkan upah.
"Saya biasanya menawarkan kepada mereka apakah mereka ingin membersihkan makam atau tidak. Kadang-kadang mereka bilang tidak perlu. Jadi saya tidak mendapatkan uang," katanya.
Meskipun demikian, Rizal tetap optimis dan terus menawarkan jasanya kepada pengunjung lain. Dia merasa cukup dengan penghasilannya dan akan menabung. Namun, dia mengakui bahwa dalam sehari dia hanya bisa mendapatkan sekitar Rp30 ribu saat sedang sepi tawaran membersihkan makam.
Rizal juga mengatakan bahwa tidak ada biaya tetap yang harus dia bayar kepada pihak pemakaman. Jadi, uang yang dia dapatkan sepenuhnya untuk dirinya sendiri. Dia tetap bersyukur dengan setiap uang yang dia dapatkan dan selalu menyisihkannya untuk orangtuanya.
"Kalau pulang mendapatkan uang, saya menabung. Untuk keperluan sekolah dan jika ada sisanya saya akan memberikannya kepada orangtua," tutup Rizal.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta