PROBOLINGGO,iNewsProbolingho.id - Ngabuburit di era 90-an jauh berbeda dengan jaman sekarang yang serba gadget. Dulu, keseruan menunggu buka puasa justru didapat dari kegiatan-kegiatan sederhana bersama teman atau keluarga. Yuk, bernostalgia dengan ngabuburit ala anak 90-an:
1. Mengaji dan Tadarus:
Suara anak-anak mengaji dan tadarus (menelaah Al-Quran bergantian) dari masjid dan musholla jadi pemandangan khas saat itu. Selain mengisi waktu, ini juga menambah pahala dan ilmu agama.
2. Membantu Ibu Memasak:
Dulu, tak jarang anak-anak ikut membantu ibu memasak atau menyiapkan hidangan untuk berbuka puasa. Selain mendekatkan diri dengan orang tua, ini juga bisa jadi ajang belajar memasak.
3. Jalan-jalan Sore dan Berburu Takjil:
Menjelang buka, anak-anak biasanya jalan-jalan sore bersama teman keliling kampung atau kompleks rumah. Selain ngadem dan ngobrol, seru juga untuk mencari takjil atau jajanan khas bulan puasa.
4. Main Petasan (dengan pengawasan):
Meskipun sekarang dilarang, dulu main petasan jadi tradisi anak remaja saat ngabuburit. Namun, tentunya harus dengan pengawasan orang tua dan mengutamakan keamanan.
5. Main Permainan Tradisional:
Tanpa gadget, anak-anak 90-an jago dalam bermain permainan tradisional. Beberapa permainan yang sering dimainkan seperti:
Kelereng: Adu kelereng jadi permainan seru yang menguji ketangkasan.
Ular Tangga & Ludo: Permainan papan klasik yang asyik dimainkan bersama teman.
Monopoli: Strategi dan keberuntungan diadu saat main monopoli.
Engklek: Melompat-lompat di kotak-kotak yang digambar di tanah sambil bersenandung rima.
6. Nonton Serial atau Film Religi:
Menjelang buka puasa, biasanya ada tayangan serial atau film religi khusus Ramadhan di TV. Momen ini cocok untuk duduk santai sambil menunggu waktu berbuka.
7. Mencari Hiburan Lain:
Selain kegiatan di atas, ada juga yang mengisi ngabuburit dengan baca komik, main layang-layang, atau sekadar ngobrol santai di pos ronda.
Ngabuburit ala anak 90-an memang sederhana, tapi penuh keceriaan dan kekeluargaan. Bagaimana dengan ngabuburit kamu dulu?
Editor : Ahmad Hilmiddin