PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Sejak beberapa tahun terakhir, pemerintah mulai mengurangi pupuk bersubsidi untuk lahan pertanian di Indonesia, terutama pupuk jenis Urea yang saat ini, menjadi permasalahan bagi para petani.
Pupuk bersubsidi yang biasanya di jual dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yakni Rp 225 ribu perkwintal, kini banyak dijual dengan harga Rp 450 ribu sampai Rp 550 ribu perkwintal. Kenakalan para agen dan kios pupuk, mengakibatkan para petani di sejumlah daerah menjerit karena mahalnya harga pupuk.
Para petani mengaku, tidak mampu membeli pupuk besubsidi di luar ketentuan HET. Salah satu petani di Desa Sumur Dalam Kecamatan Besuk, Choiriah mengaku tidak bisa menebus jatah pupuk bersubsidi di agen, karena harganya sama dengan pupuk non subsidi.
“Saya tidak mau membeli pupuk subsisdi, dengan harga sama non subsidi. Karena mereka terlalu banyak mengambil keuntungan, dari kebutuhan petani. “ujarnya.
Untuk mengatasi kelangkaan dan mahalnya pupuk bersubsidi di pasaran, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Probolinggo , menggelar sosialisasi di Desa Sumur Dalam, Kecamatan Besuk, Kamis (9/3/2023).
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait