PROBOLINGGO,iNewsProbolinggo.id - Pengumuman Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden dari PDIP Perjuangan pada Jumat 21 April 2023 siang oleh Ketua PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri membuat kejutan terhadap peta politik.
Megawati, yang menurut kabar meminta sendiri pengumuman tersebut, mengesankan banyak orang. Pilihan momentum Hari Kartini dan perayaan Idul Fitri 1444 Hijriah merupakan pilihan waktu atau momentum yang sangat bernilai politik.
Gaung pencapresan Ganjar sangat kuat dan menjadi modal bargaining politic bagi PDIP terhadap koalisi dan partai politik lain. Manuver Megawati Soekarnoputri ini, menurut Najib Salim Attamimi, sangat cerdas secara politik.
“Ini bukti Megawati punya kelas tersendiri dan memiliki kecerdasan politik yang tinggi,” jelas Founder Al Hassanah Foundation Najib Salim Attamimi.
Tindakan Mega ini menjadi pembeda dirinya dengan Ketua Umum partai politik yang lain.
Putri Bung Karno ini seperti ingin menunjukkan ke publik, inilah dirinya ketua partai politik terbesar pemenang pemilu, yang tentu memiliki jam terbang, kompetensi dan intuisi politik telah teruji.
Mega, kata Najib, menjaga komitmen dan bersikap konsisten melaksanakan amanah Kongres PDI Perjuangan yang memberinya hak prerogatif menunjuk calon presiden PDI Perjuangan.
Mega terkesan seperti disalip atau momentumnya direbut oleh partai atau koalisi partai yang ingin menangguk dukungan rakyat dalam pileg dan pilpres 2024.
“Mega tidak mau dipaksa, dia juga tidak mau ikut-ikutan seperti ketua umum partai-partai lain,” kata Najib yang juga lama berkiprah di dunia politik.
PDI Perjuangan memang memiliki mekanisme yang berbeda dengan partai-partai lain dalam menentukan calon presiden.
Perjalanan atau proses penggodokan capres ini sendiri berlangsung sangat lama di partai berlambang banteng bermoncong putih tersebut.
Proses ini dijaga kualitasnya oleh Mega dengan mendengarkan aspirasi dan memeriksa dukungan berbagai pihak.
Najib menilai pilihan Mega menjatuhkan pengumuman bertepatan dengan hari Kartini berhasil mengecoh lawan-lawan poltiknya.
Momentum Hari Kartini yang selalu diperingati tiap tahun namun ‘kosong’ peringatan tahun ini karena berimpitan dengan Idul Fitri kemudian dimanfaatkan untuk menyampaikan ‘pesan politik’.
Semula karena terkait dengan emansipasi atau pembebasan kaum wanita, banyak pihak menduga Mega akan mengumumkan Puan Maharani.
Ternyata Mega mengumumkan Ganjar Pranowo. “Inilah kejutan Hari Kartini dari Mega,” jelas Najib.
Keputusan pengumuman pencapresan Ganjar Pranowo sendiri dikabarkan diminta Mega sehari sebelum diumumkan di Istana Batu Tulis.
Cepatnya proses ini menutup ruang spekulasi politik yang berlebihan dan tidak produktif.
Pencapresan Ganjar Pranowo, kader internal PDI Perjuangan dalam sebuah momentum politik yang tepat ini, menurut Najib menunjukkan bahwa peran dan posisi politik Megawati.
“Jadi Megawatilah Kartini politik kita hari ini,” tegasnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin