PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Minggu pagi di Kota Probolinggo biasanya identik dengan suasana khidmat di sekitar rumah ibadah. Jemaat datang tepat waktu, lalu lintas lancar, dan ibadah berlangsung tanpa gangguan. Namun, sejak kegiatan Car Free Day (CFD) dan pasar minggu dipindahkan ke Jalan Suroyo akibat revitalisasi Alun-Alun, pemandangan itu mulai berubah.
Jalan yang menjadi akses utama menuju Gereja Kristus Tuhan (GKT) dan Gereja GPIB Immanuel (Gereja Merah) kini dipadati pedagang serta pengunjung. Akibatnya, banyak jemaat harus menembus keramaian, bahkan sebagian terhenti karena jalannya ditutup.
“Kami tidak bisa lewat dengan mudah. Ada jemaat yang tertahan dan harus berputar. Akhirnya, banyak yang terlambat mengikuti ibadah yang sebenarnya hanya berlangsung sekitar 30 menit,” kata Yokyen, marbot Gereja Merah, Minggu (10/8/2025).
Kondisi ini membuat hampir separuh jemaat memilih absen. Selain kesulitan akses, keterbatasan tempat sampah juga membuat area sekitar gereja menjadi kurang tertata.
Situasi serupa dialami oleh Gereja Katolik Paroki Maria Bunda Karmel. Romo Agis, pendetanya, mengatakan jumlah umat yang hadir misa pagi jauh berkurang dibanding biasanya.
“Sosialisasi sudah kami lakukan, tapi mungkin belum semua umat memahami perubahan ini. Gereja jadi tidak penuh seperti biasanya,” ujarnya.
Pantauan di lapangan menunjukkan keramaian pasar minggu membuat manuver kendaraan sulit dilakukan, meski area parkir motor di depan gereja masih tergolong lengang.
Para jemaat berharap pemerintah dapat memberi solusi-entah dengan jalur khusus atau pengaturan waktu-agar kegiatan CFD dan ibadah Minggu bisa berjalan berdampingan tanpa mengorbankan hak masyarakat untuk beribadah dengan tenang.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
