Anak-anak perempuan mereka, dengan bantuan para suami mereka, berjuang untuk menyelamatkan bisnis rokok legendaris ini meskipun menghadapi kesulitan.
Ketika kondisi kretek terganggu oleh gejolak karyawan yang terpengaruh komunis, anak-anak mereka malah mencoba untuk membangun pabrik rokok putih menggunakan sebagian lahan yang tersisa dari Djie Sam Soe.
Namun, usaha ini juga gagal dan pada tahun 1959 pabrik Djie Sam Soe bangkrut.
Anak laki-laki Seeng Tee, Liem Sie Hwa, akhirnya kembali ke Indonesia setelah belajar di Amerika. Dia melihat kondisi pabrik yang dikelolanya berantakan dan menghubungi adiknya, Liem Swie Ling, yang sudah memiliki pabrik rokok di Surabaya dan Bali. Swie Ling kemudian setuju untuk bergabung kembali dan menghidupkan kembali Djie Sam Soe.
Kali ini, bisnis keluarga Sampoerna bangkit kembali secara perlahan namun pasti. Seperti yang dijelaskan oleh Richard Borsuk dan Nancy Chng dalam buku "Liem Sioe Liong dan Salim Group" (2016:355), bisnis rokok mereka yang legendaris dijual kepada Philips Morris pada tahun 2005.
Kelompok bisnis keluarga Sampoerna kemudian beralih ke industri pertanian, perbankan, dan bidang-bidang lainnya.
SPG rokok kretek Djie Sam Soe.
Editor : Sazili Mustofa
Artikel Terkait