PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Makanan tradisional serabi sosso' nampaknya nampaknya masih diminati oleh masyarakat, di Kabupaten Probolinggo. Bahkan menjadi salah satu menu yang dihidangkan saat hari raya.
Owner serabi sosso' Nur Hidayah mengatakan, kalau penjualan Serabi Soso' buatannya, menggunakan sistem order. Dimana para pembeli terlebih dulu memesan, setelah itu tinggal menunggu pesanan yang akan diantar ke rumahnya.
Cara itu dipilih, karena serabi yang ia buat tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga dirinya tidak berani untuk mencetak banyak dan menunggu pembeli di tempat. Itu karena kalau terlalu lama, serabi bakal tidak layak lagi dimakan.
"Jadi kalau sudah ada yang memesan saya buat, tapi kadang buatnya lebih, sehingga kalau ada yang mau beli tinggal ngambil," terangnya, Rabu (10/4/2024)
Olahan yang ia mulai sejak 2012 lalu itu banyak dipesan ketika ramdhan dan menjelang hari raya. Saat ramadhan dijadikan menu buka puasa, jika hari raya, dihidangkan untuk para tamu yang datang bersilaturahmi.
"Satu kotak isi 4 biji serabi Rp 7-9 ribu, tergantung varian rasanya, sudah lengkap dengan kuah santannya," katanya.
Untuk varian rasa sendiri, lanjut Nur, terdapat rasa original, nangka, pisang, keju, dan pandan.
"Untuk varian rasa itu, kami mainnya di toping, untuk yang paling laris itu yang original atau rasa pandan," ucapnya.
Diketahui, nama Serabi Sosso' diambil dari prosesnya yang unik, di mana serabi yang sudah matang diangkat dari wajan tanah liat dengan cara dicongkel memutar, menggunakan sodet. Cara itulah yang menginspirasi pembuatnya, untuk memberi nama Serabi Soso'
Selain kuenya yang tradisional, serabi ini juga dibuat dengan alat yang serba tradisional. Seperti memasak dengan menggunakan tungku dan kayu bakar, itu dipilih agar aroma serabinya lebih harum dan rasanya lebih nikmat.
Tidak hanya itu, kue dengan berbagai macam varian rasa, juga menggunakan bahan-bahan yang tidak mengandung pengawet. Diantaranya; menggunakan telur ayam, pewarna alami dari dedaunan, santan, tepung terigu, tepung tapioka dan bahan pokok lainnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait
