Sejarah Zionisme Ngotot Ingin Rebut Palestina, Benarkah Bangsa Israel Keturunan dari Nabi Ibrahim?

Hikmatul Uyun/Miftah Yusufpati
Sejarah zionisme ngotot ingin rebut Palestina, bangsa Israel keturunan Nabi Ibrahim?. Foto: Ist

JAKARTA, iNewsProbolinggo.id - Terkuak ternyata begini sejarah lahirnya zionisme yang ngotot ingin rebut tanah Palestina. Apakah benar bangsa Israel iuni merupakan keturunan dari Nabi Ibrahim?

Mengutip keterangan Saude, Dosen Jurusan Ushuluddin STAIN Datokarama Palu dalam artikelnya yang dilansir Jurnal Hunafa berjudul "Zionisme dan Berdirinya Negara Israel", terkuak bagaimana asal mula zionisme Yahudi yang berkembang di negara Israel.

Berdasarkan sejarah, asal mula munculnya zionisme dapat ditelusuri sekitar 4000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu di kota Ur di tanah Khalda, terdapat seorang pria bernama Terah atau Azar, yang menjalankan praktik penyembahan dewa matahari. Ia juga merupakan seorang tukang pahat yang membuat berbagai patung dari tanah liat atau batu, dan menjualnya di seluruh negeri.

Terah memiliki tiga orang putra: Ibrahim, Nahor, dan Haran. Salah seorang putranya yang bernama Ibrahim ini merupakan seorang Nabi dan Rasul.

Ketika dewasa, Ibrahim sangat menolak penyembahan patung-patung yang menurutnya tidak mencerminkan sosok Tuhan yang berbentuk benda mati. Ia kemudian  mengambil kapak besar dan menghancurkan patung-patung yang ada di toko orang tuanya, kecuali satu patung yang paling besar. Kemudian, ia menggantungkan kapak itu di leher patung tersebut.

Sontak orang tuanya murka dan bertanya siapa yang menghancurkan patung itu, dan Ibrahim menjawab bahwa mungkin yang besar itu yang melakukannya. Namun, ayah Ibrahim tidak percaya.

Ibrahim kemudian menjelaskan bahwa patung-patung tersebut tidak berguna jika mereka tidak mampu melakukan apa-apa. Ayahnya heran dengan jawaban tersebut, karena belum pernah mendengar pandangan seperti itu. Pemberontakan terhadap penyembahan patung ini akhirnya terdengar oleh raja Namrud, yang mencoba membakar Ibrahim, tetapi Ibrahim tidak terbakar. Kemenangan Ibrahim membuat raja Namrud marah, dan akhirnya Ibrahim, bersama istri Sarah dan saudaranya Luth, meninggalkan kampung halamannya menuju daerah antah berantah.

Perjalanan Ibrahim membawanya sampai ke Palestina atau Kan'an. Di sana, dia bertemu dengan berbagai suku, termasuk suku Kananit, Moabit, Amelekit, dan Amorit. Mereka adalah yang pertama kali menyebut orang-orang dari luar sebagai "Ibri," yang berarti "dari seberang."

Selain itu, istilah "Ibri" juga berarti "memotong jalan," "menyeberangi lembah," "menyeberangi sungai," atau "memotong jalan pendek," sesuai dengan kehidupan penghuni padang pasir dan penduduk pedalaman yang sering berpindah-pindah. Dengan demikian, "Ibri" memiliki makna serupa dengan "Badui" atau "orang kampung."

Pada tahun 1918 SM, Ibrahim memiliki seorang anak bernama Ishak dari istrinya Sarah, dan Ishak kemudian memiliki seorang anak bernama Ya'qub, yang juga dikenal sebagai Israel. Ya'qub memiliki 12 anak, yang menjadi cikal bakal suku-suku Bani Israil, termasuk Ruben, Simon, Lewi, Yehuda, Zebulon, Isakhar, Yusuf, Bunyamin, Gad, Asyer, Dan, dan Naftali.

Kemudian Bani Israil yang tinggal di Mesir menjadi populasi yang sangat besar. Ini memicu ketegangan dengan penduduk asli Mesir, yang akhirnya mengarah pada penganiayaan terhadap Bani Israil. Fir'aun mengeluarkan undang-undang yang menyuruh membuang setiap anak laki-laki Bani Israil ke Sungai Nil.

Pada saat itu, lahir seorang bayi laki-laki dari keluarga suku Lewi bernama Imran. Bayi itu ditemukan oleh putri Fir'aun, yang mengadopsinya dan memberinya nama Musa. Musa tumbuh dan akhirnya menghadapi Fir'aun dalam konflik yang dimenangkan oleh Musa. Setelah itu, Musa dan Bani Israil meninggalkan Mesir menuju Palestina, meskipun Musa tidak pernah mencapai tujuannya dan meninggal, demikian juga saudaranya Harun.

Pemimpin yang menggantikan Musa adalah Yusya bin Nun, yang membawa Bani Israil ke Palestina melalui sungai Yordan dan merebut kota Ariha. Setelah menetap di Palestina, Bani Israil mencapai puncak kejayaan mereka sebelum akhirnya dihancurkan oleh tentara Romawi.

Bangsa Israel kemudian menyebar ke sleuruh penjuru Eropa. Hingga kemudian, pada abad ke-19, muncul gagasan Zionisme di kalangan orang Yahudi yang bertujuan untuk mengembalikan Yerusalem di Palestina sebagai tanah air mereka.

Zionisme yang dipimpin oleh David Ben-Gurion kemudian meminta seluruh bangsa Israel dan Yahudi bersatu merebut kembali Yerussalem di Palestina. Menurut mereka, Yerussalem merupakan tanah yang dijanjikan yang terdapat dalam kitab Torah.

David Ben-Gurion dan tokoh Yahudi Inggris yang bernama Lord Lionel Walter Rothschild pendukung kuat gerakan Zionisme, pun bekerja keras mendapatkan kemerdekaan negara Yahudi di Palestina.

Pada tahun 1917, Deklarasi Balfour dikeluarkan oleh Inggris setelah berhasil merebut Palestina dari Kesultanan Utsmaniyah pada Perang Dunia I. Dalam Deklarasi Balfour ini, Inggris menjanjikan tanah air untuk orang-orang Yahudi

Pada tahun 1948, ia secara resmi menyatakan pendirian Negara Israel, meskipun ditentang oleh rakyat Palestina dan negara muslim lainnya.

David Ben-Gurion adalah orang pertama menandatangani Deklarasi Kemerdekaan Israel. Ia juga kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri Israel yang pertama hingga tahun 1954.

Editor : Hikmatul Uyun

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network