PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Idul Adha yang jatuh pada bulan Dzulhijjah, sering disebut Hari Raya Kurban. Diagungkannya hari raya ini di musim haji, sekaligus mengenang dan meneladani peristiwa penting, yakni ketika Nabi Ibrahim mendapat perintah dari Allah untuk mengorbankan putra laki-lakinya yang ia cintai dan satu-satunya dimiliki, ia adalah Nabi Ismail kecil.
Kita wajib mengetahui 4 hikmah luar biasa di balik penyembelihan hewan kurban. Bagi kaum Muslimin yang mampu hendaknya melaksanakan ibadah kurban setiap hari raya Idul Adha. Besarnya pahala dan keutamaan yang diraih menjadi dasar anjuran pelaksaan amalan salih ini.
Melalui menyembelih hewan kurban juga membuktikan keimanan dan ketakwaan seorang mukmin kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ini salah satu ibadah mulia dan bentuk pendekatan diri kepada Allah Ta'ala, bahkan seringkali keutamaan ibadah kurban dibarengi dengan sholat.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ
"Maka dirikanlah sholat karena Tuhanmu; dan berkurbanlah." (QS Al Kautsar: 2)
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
"Katakanlah: sesungguhnya sholatku, nusuk-ku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS Al An'am: 162)
Di antara tafsiran an-nusuk adalah sembelihan, sebagaimana pendapat Ibnu Abbas, Sa'id bin Jubair, Mujahid, dan Ibnu Qutaibah. Az Zajaj mengatakan bahwa makna an-nusuk adalah segala sesuatu yang mendekatkan diri kepada Allah Azza wa jalla, namun umumnya digunakan untuk sembelihan.
Adapun hikmah di balik penyembelihan hewan kurban ada empat. Sebagaimana dihimpun dari Muslim.or.id, berikut ini rinciannya:
1. Bersyukur atas kehidupan dari Allah Ta'ala
Setiap mukmin wajib bersyukur kepada Allah Subhanahu wa ta'ala atas nikmat hayat (kehidupan) yang diberikan.
Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ
"Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (QS Ibrahim: 7)
2. Menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim
Dengan berkurban berarti menghidupkan ajaran Nabi Ibrahim –khalilullah (kekasih Allah)- Alaihissalam yang ketika itu Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan beliau untuk menyembelih anak tercintanya sebagai tebusan yaitu Ismail Alaihissalam saat hari An-Nahr (Idul Adha).
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar'." (QS As-Saffat: 102)
3. Sabar
Setiap Muslim yang berkurban akan mengingat kesabaran Nabi Ibrahim dan Ismail Alaihissalam. Ini membuahkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan kecintaan kepada-Nya lebih dari diri sendiri dan anak. Pengorbanan seperti inilah yang menyebabkan lepasnya cobaan sehingga Ismail pun berubah menjadi seekor domba.
Jika setiap mukmin mengingat kisah ini, seharusnya mereka mencontoh dalam bersabar ketika melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan seharusnya mendahulukan kecintaan Allah Ta'ala daripada hawa nafsu dan syahwatnya.
4. Lebih baik dari sedekah
Ibadah kurban lebih baik daripada bersedekah dengan uang yang semisal dengan hewan kurban.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَالْبُدْنَ جَعَلْنَاهَا لَكُمْ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ لَكُمْ فِيهَا خَيْرٌ ۖ فَاذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَيْهَا صَوَافَّ ۖ فَإِذَا وَجَبَتْ جُنُوبُهَا فَكُلُوا مِنْهَا وَأَطْعِمُوا الْقَانِعَ وَالْمُعْتَرَّ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرْنَاهَا لَكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
"Dan telah Kami jadikan untuk kamu unta-unta itu sebagian dari syiar Allah, kamu memperoleh kebaikan yang banyak padanya, maka sebutlah olehmu nama Allah ketika kamu menyembelihnya dalam keadaan berdiri (dan telah terikat). Kemudian apabila telah roboh (mati), maka makanlah sebahagiannya dan beri makanlah orang yang rela dengan apa yang ada padanya (yang tidak meminta-minta) dan orang yang meminta. Demikianlah Kami telah menundukkan unta-unta itu kepada kamu, mudah-mudahan kamu bersyukur." (QS Al Hajj: 36)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman dalam ayat beriktunya:
لَنْ يَنَالَ اللَّهَ لُحُومُهَا وَلَا دِمَاؤُهَا وَلَٰكِنْ يَنَالُهُ التَّقْوَىٰ مِنْكُمْ ۚ كَذَٰلِكَ سَخَّرَهَا لَكُمْ لِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ ۗ وَبَشِّرِ الْمُحْسِنِينَ
"Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik." (QS Al Haj: 37)
Syaikhul Islam dalam Majmu' Fatawa menjelaskan:
والأضحية والعقيقة والهدي أفضل من الصدقة بثمن ذلك فإذا كان معه مال يريد التقرب به إلى الله كان له أن يضحي به والأكل من الأضحية أفضل من الصدقة
"Kurban, akikah, dan hadyu (menyembelih ketika haji) lebih afdal daripada sedekah senilai hewan itu. Jika ada orang yang memiliki uang, yang ingin dia gunakan untuk beribadah kepada Allah, maka selayaknya dia gunakan untuk berqurban dan makan hewan kurbannya, itu lebih afdal daripada menyedekahkannya." (Majmu' Fatawa, 26/304)
Wallahu a'lam bisshawab.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait