PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Usaha tak pernah mengkhianati hasil, kata itu menggambarkan keberhasilan Eka Wahyu Ningtias, Mahasiswi Fakultas Kesehatan Universitas Nurul Jadid (UNUJA) Paiton, Probolinggo.
Eka berhasil menyabet medali perunggu, pada Olimpiade Sains Tingkat Nasional yang digelar secara online oleh Pusat Kejuaraan Sains Nasional (Puskanas) Sumatera Utara, pada 23 November 2022 lalu.
Puskanas itu, diikuti oleh 5.705 peserta mahasiswa dari berbagai kampus yang ada di Indonesia. Tentu bukan hal mudah bagi mahasiswi kelahiran Bondowoso, 08 Januari 2002 tersebut, untuk meraih medali perunggu pertama kalinya di tingkat nasional.
Pasalnya, ia harus mampu mengerjakan soal di tengah luka hatinya karena sering tidak menang pada olimpiade sains sebelumnya, meski hanya di tingkat daerah.
Saat ditemui di kampusnya, pada Sabtu (26/11/2022) siang. Putri pertama dari pasangan Joko Santoso dan Hikmah Rosul itu menceritakan, kalau dirinya memang menyukai ilmu sains sejak masih duduk di bangku sekolah dasar.
Tepatnya sewaktu di Sekolah Dasar Negeri (SDN), Blindungan 1 Bondowoso. Kemudian berlanjut ke Madrasah Tsanawiyah (MTs) At-Taqwa Bondowoso, serta ke Madrasah Aliyah Nurul Jadid (MANJ), Paiton Probolinggo hingga akhirnya memilih berlabuh ke Fakultas Kesehatan UNUJA, sebagai tempat melanjutkan pendidikan sarjananya.
"Sebenarnya dulu pengen kuliah di Fakultas Pertanian tapi keluarga kurang mendukung. Akhirnya saya memilih di Kesehatan, dan keluarga juga mendukung," akunya pada wartawan iNewsProbolinggo.id
Di masa-masa sekolah itu, mahasiswi yang karib disapa Tias tersebut, sering mengikuti olimpiade sains. Hanya saja belum ditakdirkan menjadi juara, baik ditingkat daerah maupun provinsi. Namun hal itu, tidak membuat Tias patah semangat. Kegagalan yang diterimanya, terus dijadikan bahan evaluasi agar bisa menang pada olimpiade selanjutnya.
Pernah sekali, Tias mengikuti olimpiade sains yang diadakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNUJA. Berkat pengalaman dan pengetahuannya, Tias terpilih menjadi juara satu dan berhak mewakili kampusnya, untuk mengikuti olimpiade sains tingkat provinsi.
Namun, lagi-lagi takdir belum berpihak kepadanya. Ia belum bisa membawa pulang medali, untuk kampus tercintanya itu.
"Perasaan sedih ada, karena belum bisa membawa pulang piala. Tetapi semangat saya tidak surut untuk terus mencoba," katanya.
Singkat cerita, mahasiswi yang masih duduk di bangku semester 5 itu mendapat informasi tentang olimpiade sains tingkat nasional yang diadakan oleh Puskanas. Tak mau buang kesempatan, Tias langsung mendaftarkan diri melalui pendaftaran online.
Namun karena salah satu syaratnya adalah harus mahasiswa yang disertai bukti Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), maka Tias langsung mendaftar diri mengikuti olimpiade dengan menggunakan KTM UNUJA yang dimilikinya.
"Saya merasa kesulitan saat mengerjakan soal yang berbahasa inggris, karena saya kurang paham bahasa inggris," ucapnya sambil tersenyum
Namun berkat usaha dan kerja kerasnya, Tias berhasil meraih medali perunggu untuk pertama kalinya, pada olimpiade tingkat nasional itu. Hal itu, merupakan suatu kebanggan tersendiri bagi Tias.
Termotivasi Dari Sang Adik
Usaha dan semangat yang terus berkobar di hati Tias, ia ternyata termotivasi dari adik kandungnya yang bernama Ahmad Fahmi. Dimana adek laki-laki dari mahasiswi yang aktif sebagai anggota BEM Fakultas Kesehatan UNUJA itu, sering menjuarai berbagai macam olimpiade meski masih duduk di sekolah dasar.
"Jadi saya berfikir, wong adek saya yang masih kecil bisa, masak saya tidak bisa. Kata itu yang selalu saya ucapkan di hati," jelasnya.
Selain motivasi itu, dukungan orang tua dan teman-temannya juga membuat Tias semakin bersemangat untuk terus mencoba. Bahkan sebagai bentuk dukungan terhadap anaknya, orang tua Tias menanggung semua ongkos kirim sertifikat dan penghargaan yang dikeluarkan Puskanas. Tanpa mencampur aduk, dengan uang belanja Tias.
"Intinya jangan menyerah, kalah menang itu hal biasa. Anggap saja mencari pengalaman, karena banyak pengalaman itu lebih baik," pesannya.
Tias berharap, kedepan bisa mengikuti olimpiade sains kembali, baik ditingkat nasional mupun internasional. Tentunya dengan membawa pulang wawasan dan medali. Sehingga nantinya bisa berbagi pengalaman dan ilmu, kepada orang-orang di sekitarnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait