Tragedi Kanjuruhan, Gus Hafidz : Semua Intropeksi Diri, Tak Perlu Saling Menyalahkan

Zainul Rifan
Gus Hafidz saat memimpin doa dan sholawat bersama untuk korban tragedi Stadion Kanjuruhan Malang (foto: Zainul Rifan/iNews.id)

PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Tragedi Kanjuruhan Malang melahirkan pertanyaan bagi masyarakat, siapa yang bersalah dalam insiden pada Sabtu (1/10/2022) itu. Tokoh agama muda, sekaligus Khotimul majlis Subbanul Muslimin KH. Hafidzul Hakim Nur turut memberikan komentar.

Pengasuh Ponpes Nurul Qodim itu mengatakan dalam insiden tersebut harusnya tidak perlu saling menyalahkan. Baik menyalahkan pihak Polri TNI yang bertugas untuk pengamanan, maupun menyalahkan para suporter yang membuat kericuhan. Atau menyalahkan panitia yang dinilai kurang baik dalam pelaksanaan. 

Menurutnya, lebih baik semuanya melakukan intropeksi diri dan duduk bersama untuk melakukan evaluasi. Karena mungkin saja semua yang terjadi merupakan teguran dari Allah SWT untuk semuanya. 

"Mungkin karena kita lalai menjadi suporter yang baik, kita lalai menjadi penegak aparat yang baik, atau kita lalai menjadi panitia pelaksana yang baik," katanya pada acara doa dan sholawat bersama untuk korban tragedi Kanjuruhan, pada Senin (3/10/2022) di Desa Alaskandang, Kecamatan Besuk.

Intropeksi diri dan duduk bersama itu merupakan jalan yang baik untuk membuat sepakbola Indonesia bisa lebih baik lagi, lebih adil, dan tentunya lebih maju lagi. Saatnya semua berbenah, mulai dari PSSInya, wasitnya, suporternya, dan semuanya harus berbenah. 

Jadikan semuanya adalah sebuah pelajaran. Sehingga nanti bisa menjadi bangsa yang baik. Apalagi saat ini, Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah dalam acara G20. 

"Ingat kata gus Miftah pada milad ke 17 Syubanul Muslimin kemarin, Jika ada badai, bukan badai itu menghantam kita. Tapi mungkin nasehat dari Allah untuk membersihkan jalan kita, meluruskan jalan kita," jelasnya.

Tak lupa, ia menghimbau kepada para masyarakat jika menjadi suporter, jadilah suporter yang dewasa. Fanatik dalam sepak bola boleh, namun tetap berusaha untuk berprikemanusiaan. Jangan sampai fanatisme berlebihan bisa menghalalkan segala cara. Dan dapat menomor duakan kemanusiaan.

"Karena ada yang lebih penting dari itu semua yaitu kemanusiaan, ada yang lebih penting lagi yaitu nama Indonesia," ucap kyai yang karib disapa gus Hafidz itu.

Editor : Ahmad Hilmiddin

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network