Setelah Bank Indonesia ditetapkan sebagai bank sentral, Kartini muncul pada uang kertas pecahan Rp5 tahun 1952. Setelah menasionalisasi De Javasche Bank pada 1951, Bank Indonesia sedang mempersiapkan diri. Uang kertas emisi 1952 baru resmi diedarkan pada 2 Juli 1953.
Di bagian utama uang tersebut terdapat gambar R.A. Kartini dengan ukiran stilasi dua burung dan motif kelok paku yang mengelilingi bagian tengah, menyerupai bingkai. Di sisi lain, terdapat gambar pohon kalpataru, juga dikenal sebagai pohon kehidupan, diapit oleh dua ekor ular, serta ornamen dekoratif berupa garis-garis yang membentuk seperti kipas bertumbuh.
Uang ini hanya digunakan selama sekitar sembilan tahun karena ditarik oleh Bank Indonesia pada 1961. Kartini kemudian muncul lagi pada uang kertas nominal Rp10.000 yang dirilis pada 1985.
Nama Pangeran Diponegoro juga dikenal di Nusantara. Putra Sultan Hamengkubowono III ini lahir di Yogyakarta pada 11 November 1785 dan memimpin perang terbesar di tanah Jawa melawan Belanda, yaitu Perang Jawa (1825–1830). Perang ini mendapat dukungan luas dari berbagai kalangan, dan Diponegoro dianggap sebagai musuh terbesar kolonial Belanda yang paling sulit ditaklukkan.
Setelah Pangeran Diponegoro meninggal pada 1855, meskipun perang telah berakhir, kisahnya terus menginspirasi perjuangan melawan kolonialisme di abad ke-20. Lukisan atau potret Diponegoro sering dipajang di tempat-tempat pergerakan, dan pada kongres Muhammadiyah ke-20 tahun 1931, gambar Diponegoro juga dipamerkan. Pada 2013, UNESCO mengakui "Babad Diponegoro" sebagai warisan dunia.
Pada 1952, uang kertas Seri Kebudayaan berjumlah Rp100 menampilkan gambar Pangeran Diponegoro. Di bagian depan terdapat gambar Diponegoro dan ukiran burung Garuda, kendaraan mitologi Hindu yang digunakan Dewa Wisnu. Di bagian belakang terdapat corak stilasi dua burung Garuda berhadapan.
Koin Diponegoro dengan nominal 50 sen juga dirilis pada tahun yang sama, serta pada 1954, 1955, dan 1957. Pada 1975, Bank Indonesia menerbitkan kembali uang kertas emisi Diponegoro dengan nominal Rp1.000.
Kedua sosok pahlawan ini memiliki peran besar dalam sejarah perjuangan Indonesia. Dengan terbitnya uang kertas pertama Bank Indonesia yang menampilkan gambar mereka, kita diingatkan akan semangat juang dan keberanian yang perlu kita teruskan sebagai generasi penerus bangsa.
Uang kertas ini tidak hanya bernilai ekonomis, tetapi juga memiliki nilai sejarah dan simbolik yang mendalam bagi bangsa Indonesia.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta