"Kemudian saya up (unggah) lagi, ada sekitar 75 ribu viewers, juga dibanned. Kalau di Facebook tidak sampai 10 jam, sekitar 9 jam ada 20 ribu dan tidak dibanned," sambungnya.
Terkait alasan kenapa Ning In'am memviralkan perilaku menyimpang yang dilakukan suaminya. Ning In'am menyampaikan cukup dirinya sendiri dan tiga anaknya yang jadi korban.
"Memang persoalan saya, tapi anak-anak kan kena dampak dari rusaknya rumah tangga ini. Anak pertama umur 6 tahun, tapi dia (sepertinya) paham. Waktu saya ajak pulang ke sana (rumah suaminya). Ia jawab 'mama tidak apa-apa ta pulang ke rumah? Nanti mama nangis lagi, Buya (panggilan ayah) kan suka selingkuh," ujarnya menirukan ucapan anaknya.
"Alasan kedua saya ingin memberikan sanksi sosial kepada pelaku, kenapa? Dia kan sudah diagung-agungkan (sebagai anak turunan kiai). Dianggap Gus, Lora, ataupun (disebut) Raden. Orang nyium tangan dia dibolak-balik, tapi perbuatannya seperti itu. Kemudian yang ketiga, walaupun dijodohkan dengan keluarga pesantren cukup saya korbannya. Kakak saya juga dijodohkan, itu juga korban KDRT sampai pipis nanah, lambungnya luka karena diinjak," sambungnya menjelaskan.
Lebih lanjut dari kondisi yang dialami Ning In'am, saat dikonfirmasi lewat sambungan telepon. Perempuan warga Kecamatan Tanggul, Jember ini mengaku belum melangkah ke ranah hukum terkait kondisi yang dialami.
"Karena dari viralnya podcast dan lewat medsos Facebook dan Tiktok yang saya lakukan, hanya untuk memberikan efek jera. Apalagi juga hal ini sudah diketahui suami saya," kata Ning In'am.
Namun demikian, sampai saat ini belum ada keinginan Ning In'am untuk menempuh jalur hukum. meskipun sudah ada desakan dari berbagai pihak.
"Sejauh ini saya ingin suami lebih baik. Tidak ada keinginan saya melaporkan ke polisi. Meskipun teman-teman saya dari perlindungan perempuan dan di Fatayat menyatakan jika apa yang saya alami adalah bentuk KDRT Psikis," ujarnya.
Ning In'am berharap semoga semua menjadi lebih baik, dan Allah SWT memberikan jalan terbaiknya. Untuk dirinya juga ketiga buah hatinya.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta