get app
inews
Aa Text
Read Next : BREAKING NEWS, PBNU Edarkan Surat Larangan Kerja Sama dengan Lembaga Berafiliasi Israel

Niat Sholat Ghaib untuk Palestina, Sesama Muslim Itu Bersaudara

Jum'at, 10 November 2023 | 20:22 WIB
header img
Niat sholat ghaib untuk Palestina. Perang Palestina vs Israel masih terus berlanjut di Gaza dan korban wafat untuk Muslim Palestina terus bertambah. foto: Okezone/Reuters.

JAKARTA, iNewsProbolinggo.id - Niat sholat ghaib untuk Palestina. Perang Palestina vs Israel masih terus berlanjut di Gaza dan korban wafat untuk Muslim Palestina terus bertambah.

Sementara sholat ghaib adalah ibadah yang berdasarkan hadis sahih yang tercatat dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, mengenai peristiwa ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam melaksanakan sholat jenazah untuk Raja Najasi yang berada di wilayah Nasrani.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَعَى النَّجَاشِيَّ فِي الْيَوْمِ الَّذِي مَاتَ فِيهِ خَرَجَ إِلَى الْمُصَلَّى فَصَفَّ بِهِمْ وَكَبَّرَ أَرْبَعًا

“Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumumkan kematian An-Najasyi pada hari kematiannya. Kemudian beliau keluar menuju tempat shalat lalu beliau membariskan shaf kemudian bertakbir empat kali.” (HR. Bukhari no. 1337)

Selanjutnya, berlakunya hadis tersebut bersifat umum, tidak hanya terbatas pada Nabi, melainkan berlaku untuk seluruh umat Muhammad shalallahu alaihi wa sallam. Kesimpulan fikih ini dianut oleh mayoritas ahli fikih (jumhur), berbeda dengan pendapat yang diambil oleh Mazhab Hanafi dan Maliki.

Pertanyaan yang menjadi fokus diskusi di kalangan mayoritas ahli fikih adalah mengenai kriteria jenazah yang dapat dishalati secara ghaib:

1. Shalat ghaib berlaku bagi semua jenazah yang tidak hadir di tengah-tengah kita (ghaib). Pendapat ini diikuti oleh para ulama dari mazhab Syafi'i dan Hambali.

2. Sholat ghaib hanya untuk orang yang telah berjasa banyak kepada kaum muslimin. Seperti ulama, mujahid, tokoh, pemimpin, atau orang kaya yang harta banyak didermakan untuk Islam. Pendapat ini adalah salah satu riwayat dari pendapat Imam Ahmad, dan dinilai kuat oleh Syekh Abdurrahman As-Sa’di dan Lajnah Da-imah KSA.

3. Shalat ghaib hanya dimaksudkan untuk jenazah muslim yang tidak ada seorang pun yang mensholatinya. Salah satu riwayat dari Imam Ahmad mengaitkan pendapat ini kepada beliau. Pendapat ini dianggap kuat oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan muridnya, Ibnul Qayyim. Salah satu ulama terkini yang cenderung mengikuti pendapat ini adalah Syekh Ibnu ‘Utsaimin.

Dari ketiga pendapat tersebut, yang dianggap paling kuat (rajih) adalah pendapat ketiga. Alasannya adalah sebagai berikut:

Pertama, hukum asal syariat ini berlaku umum untuk Rasulullah dan seluruh umatnya, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan pengkhususan atau pengecualian.

Dalam konteks shalat ghaib, tidak ada satupun hadis shahih dan tegas yang menyatakan bahwa shalat ini hanya berlaku khusus untuk Nabi shallallahu’alaihi wasallam.

Hal ini berdasarkan keterangan dari Imam Nawawi berikut,

مذهبنا جواز الصلاة على الغائب عن البلد ، ومنعها أبو حنيفة . دليلنا حديث النجاشي وهو صحيح لا مطعن فيه وليس لهم عنه جواب صحيح

Mazhab fikih kami berpandangan shalat ghaib disyariatkan untuk jenazah yang tidak hadir di tempat kita. Imam Abu Hanifah melarang shalat ghaib. Dalil kami adalah hadis tentang kisah raja Najasi. Hadis ini statusnya shahih, tidak ada kecacatan. Dan mereka yang berpendapat shalat ghaib berlaku untuk Nabi saja, tidak memiliki sanggahan yang benar. (Lihat : Al-Majmu’ 5/211, dikutip dari Islamqa)

Kedua, pada zaman Nabi shallallahu’alaihi wasallam, banyak sahabat Nabi yang meninggal dunia. Namun, tidak ada riwayat yang menjelaskan bahwa Nabi mensholati mereka yang meninggal di luar Madinah dengan shalat ghaib. Satu-satunya hadis shahih yang mengisahkan shalat ghaib Nabi adalah hadis mengenai shalat ghaib beliau untuk Raja Najasi. Pada saat itu, tidak ada seorang pun yang mensholati jenazah beliau karena beliau meninggal di negeri Nasrani.

Ketiga, hukum sholat jenazah adalah fardhu kifayah. Maka bila telah ada yang mensholatkan, walau hanya satu orang, kewajiban ini telah gugur.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut