PROBOLINGGO,iNewsprobolinggo.id - Banyak orang beranggapan bahwa tidur lama bisa menghilangkan rasa lelah. Namun, sebaliknya, tidur terlalu lama justru bisa membuat kita merasa kurang berenergi. Selain itu, ada beberapa bahaya tidur terlalu lama yang juga perlu diperhatikan, misalnya peningkatan risiko munculnya penyakit tertentu.
Setiap orang memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda, tergantung usia, aktivitas sehari-hari, gaya hidup, dan kondisi kesehatan. Waktu tidur ideal untuk orang dewasa berkisar antara 7–9 jam, sedangkan lanjut usia (lansia) membutuhkan waktu tidur sekitar 7–8 jam.
Anda perlu mencukupi waktu tidur dan biasakan untuk tidak kurang tidur atau tidur berlebihan karena gangguan tidur tersebut bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan.
Tidur merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang, sebagian orang bahkan sangat menyukai tidur dalam durasi waktu yang lama, bahkan bisa lebih dari sembilan jam dalam sehari.
Tidur lama memang menyenangkan dan rileks, tapi tahukah Anda kalau durasi, lama waktu tidur harus disesuaikan dengan waktu idealnya dan kebutuhan tubuh? Sebab, tidur terlalu lama bisa mengindikasikan masalah kesehatan, salah satunya stroke.
Menurut hasil studi dari Universitas Galway di Irlandia yang diterbitkan dalam Jurnal Neurology, menunjukkan seseorang yang tidur lebih dari sembilan jam per malam punya peluang lebih besar untuk menderita stroke dibandingkan dengan orang-orang yang tidur dalam tujuh jam per malam, mengutipNew York Post, Kamis (21/4/2023).
“Hasil studi penelitian kami menunjukkan bahwa masalah tidur, harus menjadi fokus dalam pencegahan stroke, “ ujar Dr. Christine McCarthy, ilmuwan sekaligus pemimpin studi penelitian.
Hasil studi di atas, didapatkan para ilmuwan dengan mencoba menganalisis data dari 4.496 orang, yang mana separuh dari angka tersebut sudah pernah mengalami stroke dan berpartisipasi dalam studi INTERSTROKE (studi kasus-kontrol internasional pasien yang telah mengalami stroke pertama), data kemudian dipasangkan dengan kontrol usia dan jenis kelamin, di 32 negara.
Penelitian digelar dengan memberikan kuesioner kepada peserta dengan rata-rata usia 62 tahun. Mereka diminta untuk mengisi kuesioner tentang kebiasaan tidur sehari-harinya, mulai dari berapa durasi jam tidur, kualitas tidur, dan apakah tidur siang atau tidak, kebiasaan mendengkur, bersendawa hingga soal memiliki masalah pernapasan saat tidur.
Studi tersebut menunjukkan kelompok peserta yang mengalami stroke sebanyak 151 orang punya pola tidur lebih dari sembilan jam. Sementara kelompok non-stroke, hanya 84 orang yang tidur selama itu. Lewat studi yang sama, hasil juga menunjukkan bahwa 162 orang di kelompok stroke, tidur kurang dari lima jam per malam
Disebutkan lebih lanjut, tak hanya tidur terlalu lama yang bisa memicu stroke, ternyata seseorang yang mendengkur saat tidur kemungkinan mengalami stroke sekitar 91 persen atau tiga kali lebih mungkin untuk mengalami stroke daripada orang yang tidak mendengkur.
Meski dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk membuktikan penelitian ini. Namun, para ilmuwan menyakini jika gejala gangguan tidur bisa dikaitkan dengan risiko serangan stroke yang lebih besar.
"Hasil penelitian kami tidak hanya menunjukkan bahwa masalah tidur individu bisa meningkatkan risiko stroke pada seseorang, tetapi mempunyai lebih dari lima gejala ini bisa menyebabkan seseorang punya risiko stroke lima kali lipat dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki masalah tidur," jelas Dr. Christine McCarthy.
Senada dengan hasil studi penelitian di atas, mengutip Healthline, kebiasaan tidur kelamaan disebut berhubungan dengan masalah kesehatan lainnya. Mulai dari obesitas, diabetes, dan penyakit jantung, serta peningkatan risiko kematian.
Editor : Ahmad Hilmiddin