PROBOLINGGO, iNews.id - Sebelum dilaporkan menghilang, usai perahu yang dikemudikan dihantam ombak, pada Sabtu (16/7/2022) lalu. Alex, pemilik perahu sempat bertemu dengan tetangganya bernama Muhammad Slamet.
Saat dikonfirmasi, Slamet mengatakan, pertemuannya dengan Alex sekitar pukul 10.00 WIB, di perairan laut utara Probolinggo. Kala itu, ada 4 perahu yang berlayar di perairan tersebut, perahu miliknya, perahu alex dan perahu tetangga lainnya.
Kemudian pada pukul 11.00 WIB, ia bersama dua perahu tetangga lainnya kembali ke tepian. Setelah sampai di daratan, barulah tidak ada tanda-tanda rombongan Alex akan datang.
"Sampai pukul 23.00 WIB, kami masih menunggu Alex yang tak kunjung datang. Kami masih beranggapan mungkin masih mancing atau ada kendala, pada mesin perahunya," ucapnya, Selasa (19/7/2022).
Beberapa jam kemudian pada Minggu (17/6/2022) dini hari, sekitar pukul 01.00 WIB warga mendapat kabar kalau penumpang alex ditemukan berenang dan dievakuasi oleh nelayan Pulau Gili Ketapang.
"Setelah mendengar perahu Alex tenggelam, kami langsung bantu melakukan pencarian," ujarnya.
Disamping itu, Ariyanto yang merupakan tetangga Alex mengatakan, kalau Alex selain bekerja sebagai nelayan, juga sering mengantar orang yang hendak memancing di laut. Dimana baik pemancing asal Kabupaten Probolinggo ataupun luar Kabupaten Probolinggo.
"Kalau kapasitas perahunya bisa 5 orang punya pak Alex itu, cuma untuk tarifnya saya kurang paham berapa," katanya.
Ariyanto mengaku, kalau sejatinya nelayan sudah mengetahui adanya pasang surut air laut. Sering kali pula dirinya mengirim data dari BMKG kepada masyarakat sekitar, sehingga bisa waspada ketika hendak melaut.
"Rata-rata nelayan sudah punya jadwalnya kapan air mulai padang dan kapan air laut surut. Kalau pas pak Alex yang berangkat memang cuacanya kurang baik," paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, Empat orang pemancing ditemukan berenang oleh kapal nelayan Pulau Gili Ketapang pada Minggu (17/7/2022) sekitar pukul 01.30 WIB. Sedangkan Alex selaku pemilik dan nahkoda kapal dinyatakan hilang saat itu.
Editor : Ahmad Hilmiddin