Mandi Kumkum di Laut Jadi Obat, Benarkah? Ini Faktanya

PROBOLINGGO, iNews.id - Percaya atau tidak, mandi atau kumkum di laut diyakini menjadi obat dan bisa menyembuhkan dari berbagai penyakit. Seperti kumkum di laut Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Kota Probolinggo. Bahkan warga yang kumkum disana, tidak hanya warga Kota Probolinggo, melainkan juga banyak yang berasal dari luar kota. 

"Orang yang kumkum disini banyak," ujar Gogon, pemilik warung di area PPP saat ditemui iNews Probolinggo.id, Sabtu (2/7). 

Setiap hari banyak warga yang datang sekedar untuk mandi. Baik pagi maupun sore. Mereka datang tidak hanya sendirian, melainkan menaiki mobil rombongan. 

"Jadi selain berwisata, mereka juga melakukan terapi dengan berkumkum di laut," katanya. 

Gogon menceritakan, percaya atau tidak ternyata banyak orang yang sembuh dari penyakit yang dideritanya. Seperti linu-linu, penyakit kulit, bahkan penyakit stroke. 

"Salah satunya orang Sidoarjo. Dia awalnya tidak bisa jalan. Kemudian melakukan terapi dengan kumkum di laut, ternyata sekarang sudah sembuh dan bisa jalan lagi," tuturnya. 

Sanusi, asal warga Lumajang menjelaskan, dirinya seringkali mandi kumkum di laut PPP. Bahkan dalam satu minggu bisa dua kali. "Alhamdulillah penyakit reumatik saya sembuh," katanya. 

Lalu bagaimana pandangan secara medis terapi kumkum bisa menyembuhkan penyakit? dr Ajeng Putih Sekarningrum mengatakan, mandi kumkum di laut tidak ada hubungannya dengan medis bisa menyembuhkan penyakit. 

"Secara logika itu tidak ada hubungannya dengan medis," katanya saat dimintai komentarnya. 

Bahkan, kata dia, mandi secara bersama-sama justru berisiko menular jika salah satu dari mereka menderita penyakit. "Seperti penyakit kulit, itu rentan sekali menular," katanya.

Memang ada penyakit yang bisa sembuh dengan berendam. Tetapi pola berendamnya bisa melakukan latihan renang. "Dengan cara berenang orang yang menderita penyakit asma misalnya, itu bisa sembuh," katanya. 

Menurut dr Ajeng Putih Sekarningrum, mandi kumkum di laut bisa menyembuhkan penyakit itu hanya cerita dari mulut ke mulut. "Tergantung mereka percaya atau tidak. Namun yang jelas secara ilmiah tidak ada hubungannya dengan medis," pungkasnya.

Editor : Ahmad Hilmiddin