PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Malang nasib yang dialami Nurul Fatah warga Desa Bago, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo. Pria 49 tahun itu menjadi korban perampokan tidak lama setelah menjual tanah leluhurnya.
Saat ditemui di rumahnya, Fatah menceritakan peristiwa perampokan itu terjadi pada Minggu (1/6/2025) dini hari. Di mana dirinya bersama anaknya yang sedang tidur lelap di ruang tengah dibangunkan oleh salah seorang kawanan rampok.
Setelah membuka mata, ia kaget karena sudah terdapat celurit di lehernya, sementara kaki dan tangannya dipegang oleh perampok lainnya. Hingga kemudian tangan diikat dan mulut dilakban
"Saya disuruh diam tapi pakai bahasa madura, 'Jhek bhenta, jhek nger-enger. Mon nger-enger etekkappah cetakkah ben, mateh ben' (Jangan bicara, jangan berisik. Kalau berisik, saya tebas kepalamu, mati kamu, red)," ucapnya meniru ucapan perampok.
Mendengar sedikit keributan, anak korban terbangun, namun perampok segera bertindak melakban mulut dan mengikatnya. Sementara, korban di seret dalam kamarnya, untuk diperlihatkan istrinya yang sudah terikat dengan mulut dilakban.
Kemudian perampok meminta korban menunjukan letak uang miliknya. Namun korban enggan memberi tahu, hingga membuat para perampok naik pitam lalu memukul mulut korban dengan gagang celurit.
"Anting punya istri saya langsung dicopot, ditarik paksa dari telinganya istri sama perampoknya," ceritanya.
Tidak berhenti, perampok langsung mengobrak abrik isi rumah dan menemukan tas berisi uang senilai Rp 2,5 juta dan dompet yang isinya Rp 600 ribu, serta dua HP yang berhasil dibawa kabur oleh perampok.
Perampok sempat meminta rekening yang berisi uang senilai Rp 700 juta hasil dari penjualan tanah leluhurnya. Korban pun menceritakan bahwa rekeningnya dipegang oleh saudaranya, namun perampok tidak percaya dan membawa rekening lain milik korban.
"Saya bilang tidak ada, tapi malah rekening PKH yang dibawa kabur. Jadi bukan rekening yang menerima transfer penjualan tanah itu, kalau yang itu ada di saudara," jelasnya.
Saat ditanya apakah korban mengenali perampok tersebut, korban menjawab jika dirinya sama sekali tidak mengenalinya. Karena dari enam perampok yang masuk, lima diantaranya memakai penutup wajah, sementara satu orang tidak memakai.
"Meski satu tidak menggunakan penutup wajah, namun tidak jelas juga wajahnya, karena mata saya ini disorot lampu sama pelaku," akunya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait