PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Memasuki musim panen raya, petani di Desa Karangren, Kecamatan Krejengan, Kabupaten Probolinggo ini mengeluh. Pasalnya harga gabah hasil panen mereka, hanya laku seharga Rp. 5.600 per 10 Preinya oleh selep atau pengepul setempat.
Tentu saja dengan harga segitu, sangat jauh dari Harga Ecer Tertinggi (HET) yang berkisar Rp. 6.500, per 10preinya. Alhasil, para petani di Desa Karangren pun, merasa rugi.
Kepala Desa Karangren Subandi mengatakan, dengan rendahnya harga gabah dari petani ke pengepul itu, banyak warganya yang mengadukan kepadanya.
"Kan memang seharusnya dari penen raya ini, para petani bisa meraup keuntungan dari hasil menanam padi ini, namun ternyata gabah mereka dihargai dengan sangat murah, jauh dari ketentuan HET yang telah ditetapkan oleh pemerintah," Terangnya, pada minggu (6/4/2025) siang.
Bahkan dengan adanya pengaduan tersebut, pihaknya juga sudah berusaha melaporkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Probolinggo.
"Tujuan kami mengambil langkah seperti itu, agar para petani di desa kami ini bisa benar - benar sejahterah, dari hasil panen mereka yang memuaskan," Tuturnya.
Menurut Subandi, penurunan harga gabah di Desa Karangren ini, sudah berlangsung sejak satu minggu yang lalu secara bertahap.
"Dari harga Rp. 6.000, dan terus menurun hingga di harga Rp. 5.600 itu," Imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bulog Klaseman, Abid menjelaskan, terkait dengan keluhan para petani yang mengeluhkan harga gabahnya dibeli dengan harga murah itu, tergantung dari kualitas gabahnya.
"Jika dirasa kualitasnya bagus dan dibeli dibawah Rp. 6.500. Bapak petaninya datang saja di kantor bulog terdekat, kalau probolinggo nanti di Jalan Suroyo." Ucapnya.
Dalam segi kualitas itu sendiri biaa dilihat dari pemeriksaan kadar air, kadar hampa dan butir hijau. "Jadi itu ya, sekalian juga sama sosialisasi." Tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait
