PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id – Monumen mastrip di Jalan Mastrip, Kelurahan Kedupok, Kota Probolinggo ini kondisinya sangat memprihatinkan. Nampak, terbengkalai, dan tidak terawat. Bahkan terlihat kabel listrik yang menjuntai sangat rendah, di area sekitar tersebut.
Monumen Mastrip ini tepatnya berada di utara Gor Mastrip yang masuk Kelurahan/Kecamatan Kedopok. Seperti namanya, berdiri di tengah-tengah sebuah patung mirip tentara jaman dahulu dengan ketinggian sekitar tiga meter.
Mastrip merupakan sebutan untuk Tentara Republik Indonesia Pelajar, yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sebab, masih muda dan pelajar maka diberi julukan "mas".
Monumen yang dibangun sekitar tahun 1990 ini, bertujuan sebagai penanda, atau pengingat pada jasa para pahlawan saat melawan penjajah.
Monumen itu, diresmikan pada 22 September 1990 oleh Panglima Komando Daerah Militer V Brawijaya Mayjen TNI R. Hartono. Ada tulisan "Monumen Mas Trip".
Di sisi utara depan monumen ada sebuah batu yang bertuliskan pesan Mastrip. Bunyinya, "Ku persembahkan untukmu wahai generasi muda untuk kau lanjutkan semangat perjuangan ini". Lalu ada tanda strip "Mas Trip".
Di monumen tersebut, terdapat pagar besi setinggi kurang lebih satu meter. Namun, rimbunnya daun pohon-pohon membuat Monumen Mastrip hampir tidak terlihat dari jalan.
Selain itu, tulisan penanda monumen meluntur dan berjamur. Termasuk tangganya yang terbuat dari semen. Tentu hal ini sangat disayangkan.
Edi Martono, sebagai warga Kota Probolinggo, sekaligus pemerhati sejarah, sangat menyayangkan pemandangan yang terjadi pada monumen tersebut.
"Kami tidak hanya kecewa namun mengecam seolah ada pembiaran," terangnya, pada kamis (30/1/2025) pagi.
Menurut Edi, monume tersebut seharusnya menjadi pengingat perjuangan tentara kala itu.
"Padahal kalau membaca lagi perjuangan Mas Trip, maka sudah seharusnya kita mengingat perjuangan mereka," tuturnya.
Sebagai pemerhati sejarah sejak 1984, Edi siap jika diajak berbincang soal monumen yang mengandung sejarah.
"Sebenarnya tidak hanya Monumen Mastrip, ada juga monumen di Taman Manula yang juga dibuat untuk mengenang sejarah," imbuhnya.
Menurutnya, di sekitar monumen, bisa diberi penjelasan singkat seperti apa sejarah yang pernah terjadi. Seperti diberi foto, atau tulisan sedikit tentang perjuangan para tentara jaman dahulu.
"Ya agar masyarakat bisa memahami sejarah secara gratis, jika digratiskan," imbuhnya.
Ia berharap, Pemkot Probolinggo lebih giat lagi memperhatikan bukti-bukti atau peninggalan sejarah di Kota Probolinggo.
"Salah satunya Benteng Mayangan, itu rumputnya tinggi-tinggi, dan masih banyak lagi tempat bersejarah di wilayah Kota Probolinggo ini yang lambat laun beralih fungsi," tandasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait