PROBOLINGGO, iNews.id - KH. Mohammad Hasan Genggong, pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Kraksan, Probolinggo, Jawa Timur, dikenal sebagai ulama yang wara’ dan penuh karomah. Kisah-kisah hidupnya dipenuhi dengan ketulusan dan kasih sayang kepada sesamanya. Kecintaannya kepada ilmu dan habaib sangat besar sehingga siapa saja habaib yang datang kepadanya meskipun tidak mengaku tetap saja bisa dikenalinya.
Siapa sejatinya Kiai Hasan Genggong itu? Dulu ketika dalam suatu majelis, Habib Ali Kwitang pernah berjumpa dengan Kiai Mohammad Hasan Genggong. Sejenak Habib Ali Kwitang tersenyum lalu dipeluknya Kiai Hasan Genggong dengan penuh keharuan. Air matanya mengaliri pipi Habib Ali Kwitang.
Saat itu ada seorang yang menemani Habib Ali Kwitang dan bertanya: “Ya Habib, siapakah orang tua yang sangat sepuh ini yang engkau peluk tubuhnya?”
Sambil menyeka air mata, Habib Ali Kwitang berkata: “Ketahuilah anakku, aku sering bermimpi berjumpa dengan Rasulullah dan aku sering mendapati orang sepuh ini ikut mengiringi Rasulullah sambil memegangi tangan Rasulullah,” jawab Habib Ali Kwitang sambil menunjuk kepada Kiai Hasan Genggong.
Jika Kiai Hasan Genggong akan kedatangan tamu dari ahlul bait (keturunan Rasulullah), beliau langsung keluar sambil berlari dan berkata: “ada rahatul Mustofa/ wangi Nabi Muhammad,”
Padahal cucu Rasulullah tersebut masih belum sampai ke tempat Kiai Hasan Genggong.
Diantara keramat Kiai Hasan Genggong adalah cerita datangnya seorang tamu yang menyewa sebuah mobil dengan seorang sopir habib. Tamu yang menyewa ini tidak mengetahui kalau sopir tersebut adalah seorang habib.
Kiai Hasan Genggong berkata kepada anak-anaknya: “Ayo rapikan kamar, kita mau kedatangan habib”
Setelah orang itu datang ke rumah Kiai Hasan Genggong, beliau bertanya: “Mana sopirmu?”, “Sopir saya tidur Kiai”, “Dimana tidurnya?”, “Di mobil Kiai”, “Saya mau dekati sopir itu boleh, minta izin?”
Setelah mendapatkan izin, Kiai Hasan Genggong mendekati mobil sang tamu dan berkata pada sopir yang ada di dalam mobil: “Habib, bangun bib”, pinta Kiai Hasan Genggong
Sang sopir itu jelas kaget karena selama ini tidak ada yang memanggilnya habib.
Bila Kiai Hasan Genngon ditanya orang lain tentang bagaimana cara mengetahui kalua sopir itu adalah habib, beliau selalu menjawab: “Saya tahu karena bau keringatnya adalah bau keringat Kanjeng Nabi Muhammad SAW”.
Kiai Hasan Genggong juga memiliki taaluq batin (ikatan batin) dengan Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, penyusun Maulid Simtud Duror. Diceritakan ketika zaman Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi ada seorang Auliya Allah bernama Habib Abdul Qadir bin Quthban Assegaf.
Habib Abdul Qadir bin Quthban Assegaf adalah seorang alim yang sangat gemar bersilaturahmi kepada para alim ulama para waliyullah yang masih hidup di zaman tersebut. Kegemarannya bersilaturahmi bukan hanya terbatas di wilayah Hadramaut Yaman saja akan tetapi juga sampai ke Pulau Jawa. Bahkan juga ke kediaman Kiai Hasan Genggong di Probolinggo. Ketika tiba di kediaman Kiai Hasan Genggong, Habib Abdul Qadir disambut dengan ramah dan beliau berdua berbincang-bincang akrab dengan Bahasa Arab.
Sampai pada akhirnya Kiai Hasan Genggong bertanya: “Habib, bagaimana kabarnya Habib Ali Habsy?”
Ditanya seperti itu Habib Abdul Qadir terkejut dan terheran-heran. Bagimana bisa Kiai Hasan Genggong mengenali Habib Ali Al-Habsy. Sedangkan Kiai Hasan secara dzahir tidak pernah ke Hadramaut Yaman dan Habib Ali Al-Habsy juga tidak pernah ke Indonesia.
Seolah mengetahui apa yang ada di hati Habib Abdul Qadir lalu Kiai Hasan Genggong menjelaskan tentang ciri-ciri fisik, kebiasaan-kebiasaan dan bentuk rumah Habib Ali Al-Habsy. Seketika itu bertambah kagumlah Habib Abdul Qadir karena Kiai Hasan Genggong menyebutkan secara detail seolah-olah beliau sangat akrab dengan Habib Ali Al-Habsy.
Ketika sekembalinya dari tanah Jawa ke Yaman. Habib Abdul Qadir bin Quthban mengunjungi kota Seiwun untuk bertemu dengan Al Imam Al ‘Arifbillah Al Habib Ali Al-Habsy. Ketika sampai di kediaman Habib Ali Al-Habsy dan berbincang-bincang dengan beliau, Habib Ali Al-Habsy bertanya: “Wahai Sayyid Abdul Qadir, apakah engkau bertemu dengan seorang syekh bernama Hasan Jawi?”
Lalu Habib Abdul Qadir menganggukan kepala dan mengiyakan pertemuannya dengan Kiai Hasan Genggong.
Karena hal tersebut lah KH Muhammad Zaini Abdul Ghani atau yang biasa disapa Abah Guru Sekumpul sampai berkata: “Jika tidak ada murid Syeikh Hasan Genggong yang uzlah ke gunung-gunung dan hutan maka hancur Indonesia sebab banyak maksiat. Cuma yang uzlah itulah yang jadi tongkat-tongkat ke langit”.
Kiai Hasan Genggong meninggal dunia dalam usia 108 tahun. Semoga Allah SWT meridhoi beliau dan mengumpulkannya bersama Rasulullah dan para Nabi di surga Allah yang tertinggi..Aamiin Allahuma Aamiin.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait