Kisah Inspiratif, Petani di Lumajang Sulap Air Terjun Jadi Listrik untuk Desa di Kaki Gunung Semeru

Yayan Nugroho
Kisah inspiratif, dari keterbatasan aliran listrik, Sucipto, warga Desa Sumbermujur, Lumajang, berhasil mengubah nasib desanya. Foto: Yayan Nugroho

LUMAJANG, iNewsProbolinggo.id - Kisah inspiratif, dari keterbatasan aliran listrik, Sucipto, warga Desa Sumbermujur, Lumajang, berhasil mengubah nasib desanya. Dengan kegigihannya, ia merintis Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) sendiri. Meski sempat dihadapkan pada tantangan besar, kini warga desa dapat menikmati listrik mandiri dengan harga terjangkau.

Berawal dari keprihatinan akan minimnya akses listrik di desanya, Sucipto bertekad membangun PLTMH. Prosesnya tidak mudah. Ia harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk penolakan warga yang sempat membakar turbin buatannya.

Namun, berkat ketekunannya, PLTMH berhasil beroperasi dan kini menjadi sumber energi utama bagi 116 kepala keluarga di kaki Gunung Semeru.

Sejak pagi buta, Sucipto sibuk memeriksa saluran air dan membersihkan sampah yang menyumbat di saluran menuju turbin Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro rintisannya.

Memastikan saluran air tetap stabil menjadi kegiatan rutin untuk menjaga turbin tetap beroperasi sehingga aliran listrik juga tetap stabil.

Dari Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro rintisan Sucipto ini, saat ini sekitar 116 kepala keluarga di kaki Gunung Semeru menikmati aliran listrik mandiri tanpa ketergantungan pada PLN.

Keresahan Sucipto dimulai ketika desanya tidak terjangkau jaringan listrik PLN antara tahun 1985 dan 1996. Inisiatifnya untuk membangun PLTMH pun dimulai.

Perjalanan sukses Sucipto dalam merintis PLTMH di desanya tidaklah mudah. Pada awal pembangunan, ia harus meyakinkan warga untuk membangun pembangkit secara swadaya, meskipun dengan biaya yang besar.

Tantangan berat datang ketika beberapa warga melampiaskan kemarahan dengan membakar mesin turbin karena ketidakstabilan pembangkit yang dirasakan langsung oleh mereka.

Namun, berkat ketekunan Sucipto, PLTMH yang ia rintis mulai stabil pada tahun 2012 dan sangat bermanfaat untuk menerangi desanya. Meskipun tidak gratis, warga dikenai tarif 500 rupiah per kWh untuk biaya perawatan turbin, namun harga ini jauh lebih murah dibandingkan dengan listrik dari PLN.

Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network