PROBOLINGGO, iNews.id - Bani Israil merupakan kaum yang dilalui oleh banyak Nabi. Allah SWT mengutus sejumlah Nabi untuk membimbing kaum Bani Israil sendiri. Selain Nabi Yaqub, Nabi Yusuf dan Nabi Musa, nabi-nabi lainnya juga diutus kepada Bani Israil. Total sejak Nabi Yaqub, ada 12 nabi yang diutus oleh Allah SWT kepada Bani Israil. Israil sendiri merupakan nama lain Nabi Yaqub, yang merupakan anak dari Nabi Ishaq. Ishaq AS adalah anak kedua Nabi Ibrahim AS yang dijuluki sebagai bapak para nabi. Dari keturunan-keturanan inilah lahir kaum Bani Israil atau keturunan-keturanan Nabi Yaqub AS.
Nabi Yaqub AS memiliki beberapa anak diantaranya adalah Nabi Yusuf AS. Kisah Nabi Yusuf tidak bisa dilepaskan dari kisah Bani Israil karena berawal dari kisah Yusuf AS inilah Bani Israil sempat mendiami Mesir dalam kurun waktu yang sangat panjang dibawah kepemimpinan Firaun. Kaum Bani Israil ini atau anak-anak Israil mulai berdatangan ke Mesir, berdiam dan menempati wilayah Mesir secara turun-temurun. Diperbudak sampai diutus Nabi Musa AS, seorang nabi yang juga keturunan Bani Israil untuk membebaskan Bani Israil dari cengkeraman Firaun.
Muhammad Husain Haekal dalam Sejarah Hidup Nabi Muhammad SAW mencatat bahwa dalam pangkuan Firaun, Musa AS diasuh dan dibesarkan di tangan para pendeta dan pemuka-pemuka agama kerajaan. Nabi Musa AS mengetahui keesaan Tuhan dan rahasia-rahasia alam. Setelah dating izin Allah kepadanya supaya ia membimbing umat ditengah-tengah Firaun yang berkata kepada rakyatnya: “akulah Tuhanmu yang tinggi”. Nabi Musa AS pun akhirnya berhadapan dengan Firaun sendiri beserta tukang-tukang sihirnya.
Melihat kondisi dan ancaman terhadap diri dan kaumnya, Nabi Musa AS bersama orang-orang Israil yang lain pindah menuju negeri Palestina. Kala itu tidak hanya perbudakan dan kerja paksa yang diterapkan oleh Firaun kepada Bani Israil, Firaun juga berlaku kejam dengan membunuh semua bayi laki-laki Bani Israil karena adanya ramalan bahwa akan lahir bayi laki-laki dari Bani Israil yang akan meruntuhkan kekuasaan Firaun. Meskipun berkali-kali mendapatkan nikmat dan perlindungan Allah SWT melalui Nabi Musa, Bani Israil tidak pernah merasa bersyukur bahkan terus melakukan pembangkangan terhadap Allah SWT dan Nabi Musa AS.
KH.Saifuddin Zuhri juga menjelaskan bahwa setelah membawa orang-orang Bani Israil meninggalkan Mesir lalu menyeberangi Laut Merah, Nabi Musa AS bermunajat kepada Allah SWT di Gunung Thur Sina (Sinai). KH.Saifuddin Zuhri menyebut bahwa akhirnya Nabi Musa AS menghabiskan masa tuanya untuk memimpin kaum Bani Israil yang keras kepala, suka memberontak (membangkang) dan tak pandai mensyukuri nikmat Allah SWT. Dalam beberapa literatur sejarah, Bani Israil yang telah diselamatkan oleh Nabis Musa AS atas izin Allah SWT melakukan pembangkangan. Saat itu setelah sampai di seberang Laut Merah dari pengejaran Firaun dan tentaranya bahkan ketika kondisi kaki belum kering dari air laut, mereka mulai menunjukkan pembangkangan terhadap perintah Allah SWT dan perintah Nabi Musa AS. Bahkan mereka sendiri meminta kepada Nabis Musa AS untuk membuatkan mereka patung berhala anak sapi agar bisa mereka sembah seperti halnya Bangsa Samiri (bangsa di seberang Laut Merah).
Tentu saja permintaan yang bersifat menyekutukan Allah SWT itu ditolak oleh Nabi Musa AS. Penolakan Nabi Musa tidak diindahkan. Hal itu terjadi ketika Nabi Musa meninggalkan Bani Israil untuk sejenak bermunajat, memohon petunjuk kepada Allah SWT. Untuk itu Nabi Musa AS menitipkan tanggung jawab pembimbingan kepada Nabi Harun AS untuk mengurus Bani Israil. Tetapi hanya dalamwaktu 40 hari saja sekembalinya Nabi Musa AS, Bani Israil telah kembali berlaku syirik. Mereka telah kembali menyembah patung-patung anak sapi yang mereka buat. Nabis Musa AS dibuat murka atas perbuatan kaumnya yang membangkang itu. Sebegitu marahnya hingga batu tulis yang dibawa Nabi Musa dari hasil bermunajat kepada Allah SWT hancur berkeping-keping. Batu tulis tersebut berisi Taurat dalam wujud aslinya.
Pembangkangan Bani Israil selanjutnya adalah ketika Nabi Musa AS mengajak kaumnya untuk berangkat menuju “tanah yang dijanjikan” Allah SWT kepada mereka yaitu Kota Yerussalem, yang sekarang diperebutkan antara Palestina dan Israel. Yerussalem sendiri kelak menjadi tempat suci, rumah bagi 3 agama besar di dunia: Yahudi, Nasrani dan Islam. Nabi Musa AS memerintahkan mereka untuk menuju ke tanah suci tersebut secara terang-terangan karena Allah SWT telah menjanjikan kemenangan bagi mereka. Namun mereka menolak dan malah meminta agar Nabi Musa AS dan Allah SWT saja yang berangkat ke kota tersebut karena mereka takut terhadap raja kejam yang sedang berkuasa di Yerussalem saat itu.
Atas pembangkangan yang berulangkali itu, kemarahan Nabi Musa AS tidak lagi terbendung. Allah SWT akhirnya memberikan ketetapan bahwa selama 40 tahun tanah tersebut haram bagi Bani Israil. Selama 40 tahun mereka akan tersesat dan berputar-putar di gurun. Perjalanan mereka tak akan membuat mereka sampai ke tanah yang dijanjikan tersebut sampai pada masa waktu yang idtentukan tadi usai. Atas ketetapan tersebut, selama 40 yahun Bani Israil selalu berjalan-jalan dan berputar-putar di gurun tanpa pernah sampai di tanah yang dijanjikan hingga sampai akhir hayatnya.Nabi Musa AS pun tidak pernah sampai di tanah yang dijanjikan tersebut.
Bani Israil mencapai Yerussalem setelah masa hukuman dari Allah SWT telah habis. Di tempat itu mereka kembali membentuk koloni-koloni baru dan mulai menguasai Yerussalem. Diluar sifat-sifat buruknya itu Bani Israil memang kaum yang diberikan kelebihan dibanding kaum yang lainnya yaitu berupa pengetahuan dan kecerdasan serta kemampuan berpikir yang lebih maju. Kecerdasan mereka ini yang kemudian dimanfaatkan oleh Firaun untuk mulai membangun monument-monumen kemegahan kala itu. Bani Israil pun diperbudak dan menjalani kerja paksa.
Begitulah kisah dri Bani Israil, meskipun mereka diberikan kelebihan yang sangat cerdas namun mereka tetap membangkang dari jalan yang telah Allah SWT berikan. Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari kisah Bani Israil ini. Apabila kita diberikan pengetahuan, kita tidak boleh menyia-nyiakannya dan tetap terus berada di jalan Allah SWT.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait