PROBOLINGGO,iNewsprobolinggo.id - Dari sekian banyak jenis bra yang ada di pasaran, bra atau bh kawat adalah salah satu jenis yang paling populer sebab jenis ini dinilai dapat menopang payudara dengan lebih baik dan membuatnya terlihat lebih kencang.
Para wanita pasti pernah mendengar informasi bahwa mengenakan bra kawat bisa menyebabkan kanker payudara. Bra kawat memang cenderung lebih ketat dan kencang dengan tujuan agar payudara terlihat lebih naik. Namun, bra yang terlalu kencang seperti ini dianggap dapat menimbulkan kanker payudara. Bra kawat yang terlalu kencang diketahui dapat menekan sistem limfatik payudara, sehingga menyebabkan racun terperangkap di jaringan payudara dan menyebabkan kanker.
Alasan lainnya, bra yang kencang dapat menghalangi drainase cairan getah bening dari bagian bawah payudara, sehingga tidak bisa masuk kembali ke dalam tubuh.
Salah satu cara mencegah kanker payudara adalah penggunaan bra yang tepat. Oleh karena itu, banyak yang menyarankan agar melepas bra ketika kita tidur.
Peneliti dan Ahli Herbal dari Kementerian Kesehatan Dr Jusuf Kristianto MM MHA MPH PhD penggunaan bra kawat dan busa bisa menyebabkan kanker payudara.
"Pengalaman saya gini, jadi ada penelitian yang mengatakan 'no bra, no cancer', tapi kita nggak mungkin no bra. Jadi tetap pakai bra tapi yang paling nyaman," jelas Dr Jusuf saat ditemui dalam sebuah acara, beberapa waktu lalu.
Dokter Jusuf menyarankan untuk tidak memakai bra kawat atau busa dalam aktivitas sehari-hari karena dapat berisiko menekan payudara dan mengganggu sirkulasi.
"Kalau mau pakai busa atau kawat sesaat aja, kalau seharian ketekan terus sirkulasi darah akan berimpact. Pengalaman saya gini, sesuatu yang terjadi penekanan terus-menerus akan terjadi cancer," tuturnya.
Selain itu, untuk ukuran Cup-nya sendiri sebaiknya yang menutupi area payudara. Selain itu untuk bahan yang digunakan sebaiknya yang nyaman.
"Terserah aja pilihan bahannya, kunci saya jangan menekan. Kalau ditekan berisiko (kanker). Dan kalau malam sebaiknya tetap pakai bra tapi kaitannya dilepas," imbuhnya.
Melansir dari laman UAMS Health, para dokter menyatakan bahwa jenis bra kawat maupun pakaian dalam yang ketat lainnya tidak ada hubungannya dengan risiko kanker payudara. Selain itu, tidak ada bukti ilmiah satupun yang mendukung rumor yang telah beredar dikalangan wanita ini. Jadi, tidak ada perbedaan risiko antara wanita yang mengenakan bra kawat dan yang mengenakan bra biasa maupun tidak mengenakan bra.
Semua wanita berisiko mengidap kanker payudara. Namun, memang ada faktor-faktor tertentu yang meningkatkan risikonya. Kanker payudara umumnya mengintai wanita yang memiliki kelebihan berat badan. Wanita yang kelebihan berat badan lebih cenderung memiliki payudara yang lebih besar dan perlu mengenakan bra yang lebih kencang. Sedangkan wanita yang mengenakan bra biasa cenderung memiliki berat badan yang sehat. Perbedaan bobot inilah yang mungkin menjadi penyebab mitos ini terus beredar.
Faktor yang Meningkatkan Risiko Kanker Payudara
Jadi, sudah jelas kalau bra kawat tidak akan meningkatkan risiko kanker payudara. Hal yang perlu kamu waspadai adalah kanker payudara dapat mengintai wanita dengan faktor risiko berikut:
Usia. Risiko kanker payudara meningkat seiring bertambahnya usia, kebanyakan kanker payudara didiagnosis setelah wanita mencapai usia 50 tahun.
Menstruasi lebih awal dan menopause lebih lama. Wanita yang mengalami menstruasi sebelum usia 12 tahun dan menopause setelah usia 55 cenderung terpapar hormon lebih lama. Hal ini dapat meningkatkan risiko terkena kanker payudara.
Memiliki payudara yang padat. Payudara padat memiliki lebih banyak jaringan ikat daripada jaringan lemak, sehingga wanita dengan payudara padat lebih berisiko terkena kanker payudara.
Riwayat payudara atau penyakit payudara non-kanker tertentu. Wanita yang pernah mengidap kanker payudara lebih mungkin terkena kanker payudara untuk kedua kalinya. Beberapa penyakit payudara non-kanker seperti hiperplasia atipikal atau karsinoma lobular in situ juga sering dikaitkan dengan peningkatan risiko kanker payudara.
Riwayat keluarga kanker payudara atau ovarium. Wanita yang memiliki ibu, saudara perempuan, atau anak perempuan (kerabat tingkat pertama) atau beberapa anggota keluarga dari pihak ibu atau ayah dari keluarga yang pernah mengidap kanker payudara atau kanker ovarium punya peluang risiko kanker payudara lebih besar.
Pengobatan menggunakan terapi radiasi. Wanita yang menjalani terapi radiasi di sekitar dada atau payudara sebelum usia 30 memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker payudara di kemudian hari.
Kelebihan berat badan atau obesitas setelah menopause. Wanita yang memiliki kelebihan berat badan atau obesitas berisiko lebih tinggi terkena kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang punya berat badan normal.
Terapi hormon. Beberapa bentuk terapi penggantian hormon yang dikonsumsi selama menopause dapat meningkatkan risiko kanker payudara bila dikonsumsi selama lebih dari lima tahun. Kontrasepsi oral tertentu, seperti pil KB juga terbukti meningkatkan risiko kanker payudara.
Minum alkohol. Studi menunjukkan bahwa risiko wanita terkena kanker payudara meningkat dengan semakin banyak alkohol yang diminum.
Merokok. Merokok menyebabkan sejumlah penyakit dan dikaitkan dengan risiko kanker payudara yang lebih tinggi pada wanita premenopause.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait