PROBOLINGGO, iNews.id - Desa Alasnyiur, Kecamatan Besuk, Kabupaten Probolinggo merupakan desa yang memiliki berbagai macam potensi desa untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Salah satunya adalah usaha Batik yang menjadi icon khas desa setempat.
Batik tersebut berlokasi di Dusun Krajan, Rt 3, Rw 1, desa setempat. Selain batik ada pula tempat pengelolaan pakan ternak yang menggunakan cara fermentasi. Pusat fermentasi milik kelompok tani setempat yang berlokasi di Dusun Masjid Rt 7, Rw 2.
Kepala Desa Alasnyiur, Hasan Basri mengatakan kalau selain pada potensi tersebut, progam desa juga didukung dengan keaktifan para warganya. Contohnya lembaga kepemudaan atau yang disebut karang taruna terus aktif, baik dibidang olahraga ataupun kegiatan lainnya. Ada pula kelompok forum anak, dari tingkat SD dan SMP.
Saking aktifnya kelompok ini sudah bekerjasama dengan beberapa pihak, meliputi Lembaga Swadaya Masyarakay (LSM) LPKP Jawa Timur, LSM Jarak, Jakarta dan salah satu lembaga yang ada di Swiss.
"Alhamdulilah beberapa waktu lalu ada perwakila PBB sudah datang untuk melihat perkembangan forum anak ini," katanya.
Menurut Hasan, kalau melihat perkembangan tentang potensi dan keaktifan para warganya, pihaknya optimis bahwa Desa Alasnyiur akan terus maju dan berkembang. Baik pada peningkatan perekonomian masyarakat, maupun sumberdaya dari masyarakatnya.
Karena pada Rabu (22/6/2022) siang, pihaknya melakukan rapat RPJMDes guna merencanakan progam bangunan jangka menengah terhitung sejak tahun 2022 sampai 2028 nanti. Dengan harapan progam peningkatan perekomian masyarakat terus berkembang.
"Kami berharap, pada pemerintahan kami ini dapat memberi warna untuk Desa Alasnyiur dan Kabupaten Probolinggo," ucapnya.
Disamping itu pengrajin batik tulis setempat, Wahyu Yuliana mengaku kalau dirinya memulai batik tersebut pada 2019 lalu. Ia memulai setelah mendapat pelatihan membatik dari desa setempat. Ilmu itu ia terapkan bersama sang suami, membuat batik untuk dipakai sendiri.
Lambat laun ternyata produknya banyak diminati oleh masyarakat. Karena kewalahan menghadapi pesanan para konsumen, ia mulai merekrut karyawan dari warga desa setempat.
"Alhamdulilah sekarang sudah ada 8 karyawan. Dan untuk penjualannya sudah ada yang dari luar kota, bahkan luar jawa. Meliputi Jakarta dan Kalimantan," tuturnya.
Pelanggan yang dari dalam daerah datang langsung ke rumah batik miliknya. Sedangkan untuk pelanggan yang dari luar kota atau luar jawa pemesanannya melalui online.
Saat ditanya mengenai omset yang didapat, wanita yang karib disapa Wahyu enggan menyebut secara detail. Ia hanya menjawab kalau omset yang didapat itu sudah cukup untuk membiayai gaji karyawannya.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait