BEIJING, iNews.id - Jatuhnya pesawat China Eastern Airlines jenis Boeing 737-800 China Eastern MU5735 pada hari Senin (21/3/2022) pukul 13:15 waktu setempat (12:15 WIB) mengejutkan duni penerbangan. Karena pesawat Boeing 737-800 masih bisa terbang walau tanpa pilot dan hanya 1 mesin.
Pesawat ini memakai twin engine, punya kemampuan xtended-range Twin-engine Operational Performance Standards (ETOPS) memungkinkan pesawat twin jet tetap terbang meski hanya menggunakan satu mesin.
Bagaimana ketika semua mesin mati, apakah pesawat twinjet, trijet, ataupun quadjet, akan langsung terjun bebas?
Dikutip dari Simple Flying, ketika seluruh mesin pesawat mati, pilot biasanya akan meminta co-pilot untuk memulihkan Auxiliary Power Unit (APU). APU berfungsi sebagai sumber energi pesawat seperti listrik dan pendingin ruangan.
Dalam kondisi tertentu seperti saat seluruh mesin pesawat mati, APU juga berfungsi sebagai supporting engine untuk menghidupkan atau start ulang mesin utama.
Secara dimensi, pesawat ini memiliki panjang 39,5 meter, sayap selebar 35,8 meter, dan tinggi 12,5 meter.
Mesin yang digunakan berjenis CFM-56 dengan dua turbofan (wing mounted) dan kecepatannya dapat mencapai 850 km per jam dangan daya jelajahnya hingga 4.563 km.
Pesawat ini juga disebut punya banyak keunggulan dari versi klasik karena beberapa ubahan teknis. Sebagai contoh pesawat diklaim lebih aerodinamis dan menampung bahan bakar lebih banyak sehingga berpengaruh terhadap daya jelajah.
Dari segi fasilitas pada kabin, pesawat ini juga sudah mendapat peningkatan seperti tombol layanan penumpang, lampu LED, hingga bagian jendela.
Editor : Ahmad Hilmiddin