PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id – Para petani di kawasan lereng Gunung Bromo, Kecamatan Sukapura, Kabupaten Probolinggo, mengeluhkan sulitnya memperoleh pupuk bersubsidi.
Meskipun keberadaannya masih ada, jumlahnya terbatas dan distribusinya dianggap tidak merata.
Menanggapi hal ini, Bupati Muhammad Haris menyatakan akan menyiapkan langkah alternatif sebagai solusi.
Wilayah pertanian di kawasan Bromo dikenal sebagai tanah warisan budaya yang dijaga secara turun-temurun.
Masyarakat adat Tengger hingga kini masih menjalankan pola pertanian tradisional yang berfokus pada kelestarian lingkungan dan minim bahan kimia.
Kepala Desa Ngadisari, Sunaryono, menjelaskan bahwa warga Tengger tetap memelihara nilai-nilai pertanian leluhur sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan generasi penerus.
“Kami tetap menjaga agar tanah tidak dieksploitasi. Tapi dalam praktiknya, kami juga perlu pupuk, dan pupuk subsidi saat ini sulit sekali didapat,” ujarnya, Selasa (10/6/2025) malam.
Sunaryono berharap pemerintah daerah bisa menerapkan aturan yang menjamin distribusi pupuk subsidi lebih adil dan menjangkau seluruh petani, tak hanya yang menanam padi atau jagung.
Sementara itu, Bupati Probolinggo Muhammad Haris menyebut keterbatasan pupuk subsidi memang disebabkan kebijakan pusat yang hanya menyasar jenis tanaman tertentu.
Komoditas utama petani Bromo seperti kentang dan kubis tidak termasuk dalam skema subsidi saat ini.
“Kami menyadari kondisi ini tidak ideal. Maka kami akan mencoba mencari pola pembiayaan alternatif, seperti yang sudah diterapkan untuk petani tembakau melalui Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCT),” ujar Gus Haris.
Ia menegaskan, sebagai daerah pertanian utama, Kabupaten Probolinggo memiliki peran vital dalam ketahanan pangan.
“Karena itu, kami ingin semua petani bisa merasakan manfaat kebijakan, termasuk soal pupuk. Kami akan berusaha agar distribusinya lebih merata dan adil,” pungkasnya.
Editor : Arif Ardliyanto
Artikel Terkait