JAKARTA, iNews.id - Sejumlah negara seperti Brasil, India, China, Rusia, dan Afrika Selatan yang tergabung dalam BRICS mengadakan pertemuan darurat untuk membahas perang Israel di Gaza, Palestina.
Afrika Selatan, sebagai pemimpin BRICS tahun ini, menyoroti pentingnya membahas krisis kemanusiaan yang terjadi akibat perang tersebut.
Pada pertemuan itu, Presiden Rusia Vladimir Putin turut hadir secara online, bersama dengan negara anggota BRICS lainnya dan beberapa negara lain seperti Arab Saudi, Argentina, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab, serta Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
Dalam pertemuan tersebut, muncul desakan untuk memberi label "negara teroris" pada Israel. Presiden Iran, Ebrahim Raisi, yang merupakan inisiator pertemuan mendesak BRICS menggunakan pengaruhnya untuk mengakhiri "pengepungan" Israel di Gaza dan memastikan pengiriman bantuan kemanusiaan yang aman.
Raisi menyatakan bahwa rezim Israel harus diakui sebagai rezim teroris, dan tentaranya dianggap sebagai organisasi teroris. Dia juga meminta anggota BRICS untuk mendukung hak Palestina membela diri dan memutuskan hubungan dengan Israel.
Raisi juga menyerukan penyelidikan atas dugaan penggunaan senjata terlarang, termasuk fosfor putih, oleh Israel terhadap warga sipil di Gaza.
Iran mendukung upaya bersama Afrika Selatan dan empat negara lainnya untuk menyelidiki kemungkinan kejahatan perang di Gaza yang diajukan ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Hingga saat ini, belum ada komentar dari negara anggota BRICS. Jumlah korban jiwa akibat konflik di Gaza mencapai 14.128, dengan 65% di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.
Israel masih melanjutkan serangan ke Gaza, sementara pembicaraan mengenai gencatan senjata dengan pembebasan tawanan Hamas masih berlangsung dan belum final.
Editor : Sazili MustofaEditor Jakarta
Artikel Terkait