JAKARTA, iNewsProbolinggo.id - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati, mengatakan tekanan inflasi global yang berkepanjangan berpotensi menggoncang pasar keuangan, khususnya di negara berkembang.
Menurut dia, tekanan inflasi global terutama di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS) telah memicu pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif.
Hal itu, berpotensi menimbulkan goncangan di pasar keuangan, terutama di negara berkembang. Ciri-cirinya ditandai dengan aliran modal ke luar (capital outflow) yang meningkat di pasar keuangan.
"Aliran modal ke luar meningkat dan menimbulkan tekanan besar pada nilai tukar mata uang lokal sebagaimana kita saksikan di pasar keuangan belakangan ini," kata Sri Mulyani, Rabu (9/11/2022).
Terkait dengan itu, lanjutnya, berbagai langkah pengendalian inflasi terus dilakukan melalui TPIP (Tim Pengendalian Inflasi Pusat) dan TPID (Tim Pengendalian Inflasi Daerah).
Selain itu, dilakukan juga penguatan program perlindungan sosial dalam rangka mitigasi dampak penyesuaian harga energi melalui program Bantuan Subsidi Upah, Bantuan Langsung Tunai, serta penyaluran bantuan melalui pemerintah daerah.
"Langkah-langkah ini cukup efektif dalam menjaga kesinambungan pemulihan daya beli masyarakat. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat inflasi yang relatif terkendali dan tidak setinggi yang diperkirakan sebelumnya," ungkap Sri Mulyani.
Terkait dengan pertumbuhan ekonomi, Menkeu mengatakan untuk triwulan IV 2022 diperkirakan akan sedikit mengalami moderasi, terutama mempertimbangkan siklus perekonomian yang biasanya melambat di akhir tahun serta high base-effect di triwulan IV 2021.
Sumber : https://inews.id/
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait