PROBOLINGGO, iNews.id - Kyai Moh. Hasan sepuh Genggong berasal dari Probolinggo, Jawa Timur merupakan sosok waliullah. Selain sebagai penerus Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, beliau termasuk salah satu wali Allah yang memiliki karomah luar biasa.
Diantara Karomahnya, suatu ketika, saat ada seorang Haji hendak sowan kepada Kyai Hasan. Untuk mempermudah perjalanan Pak haji ini, menyewa mobil yang kebetulan disopiri Ahli Bait (Habib/Syarif). Hanya saja, haji ini tidak tahu kalau itu adalah Ahli Bait.
Sebelum tamu Kiayi Hasan tersebut tiba, Kyai berpesan pada anak-anaknya, “tolong kamar tidur dirapikan kita mau kedatangan Habib”. Habibnya siapa? Tanya putra kiyahi Hasan. “Nanti saya tunjukan kalau sudah datang”, jawab Kyai Hasan.
Setelah haji itu tiba dirumah kiyahi Hasan, Kyai Hasan bertanya pada haji itu, “Haji supirmu dimana?”, “Sopir kuleh asaren Kyai, Sopir saya tidur Kyai, Jawab Haji. Kyai balik bertanya, e’ka’emmah (dimana)? Di Mobil Kyai, jawab Haji. “Saya mau dekati dia boleh ya,” Kyai meminta ijin.
Setelah mendekat pada sopir tadi, “jik bungoh jik (Habib bangun Bib). Sopir itu kaget, karena seumur-umur tidak ada yang manggil sayyid, atau Habib. Ternyata sang sopir bermarga al Jufri.
Kiyahi Hasan ditanya: darimana tahu sopir itu Habib? Dari bau keringatnya, bau keringat kangjeng Nabi, kata Kyai Hasan. Itu hebatnya ulama-ulama kita dahulu, sejauh itu pandangannya, dari hormatnya pada Ahli Bait Nabi. Dan tokoh-tokoh itu bukan satu dua, Imam Subki, Qadhi Iyadh tahu bagaimana kedudukan Ahli Bait an Nabi dan juga ulama-ulama lain, ujar Al Habib M. Lutfi bin Ali Yahya.
Salah satu karomah Al-Marhum waliyullah KH. Moh. Hasan Genggong diceritakan oleh KH. Akhmad Mudzhar, Situbondo. Beliau bercerita bahwa, pada suatu hari selepas sholat Jum’at Almarhum KH. Moh. Hasan Genggong (atau yang dikenal dengan Kyai sepuh) turun dari Masjid jami’ Al-Barokah Genggong menuju dalem (rumah/kediaman) beliau. Dalam perjalanan antara masjid dan kediamannya, beliau (Kyai sepuh) berjalan sambil berteriak mengucap “Innalillah, Innalillah” sambil menghentak-hentakkan tangannya yang kelihatan basah. Pada waktu itu jam menunjukkan jam 13.00.
Setelah itu, tepat pada hari Senin pagi, ketika Alm. Kyai sepuh menemui tamunya yang juga terdapat KH. Akhmad Mudzar (salah seorang santrinya dan perawi kisah ini), datang dua orang tamu menghadap Kyai sepuh yang merautkan paras kelelahan seakan-akan baru mengalami musibah yang begitu hebat. Tatkala dua orang tersebut bertemu dan melihat wajah almarhum Kyai sepuh, terlontarlah ucapan dari salah seorang dari keduanya. “ini orang yang menolong kita tiga hari yang lalu” ujarnya.
Bersamaan dengan itu, Alm. Kyai sepuh mengucap kata “Alhamdulillah” sebanyak tiga kali dengan wajah yang berseri. Dari kejadian tersebut membuat heran KH. Mudzhar dan beliau mengambil keputusan untuk bertanya kepada kedua tamu tersebut, sehingga berceritalah tamu tersebut.
“Tiga hari yang lalu, yaitu hari Jum’at kami berdua dan beberapa teman yang lain menaiki perahu menuju Banjarmasin, tiba-tiba perahu oleng akibat angin topan dan perahu kami tak tertolong lagi. Namun kami sempat diselamatkan berkat kehadiran dan pertolongan yang datang dari seorang sepuh yang tidak kami kenal, waktu itu menunjukkan sekitar jam 13.00 atau ba’da Jumat, setelah itu kami sudah tidak sadar lagi apa yang terjadi hingga kami terdampar di tepi pantai Kraksaan (Kalibuntu)”.
Lalu (lanjut cerita tamu tersebut) setelah kami sadar, kami merasa sangat gembira dan bersyukur karena masih terselamatkan dari bencana itu. Dan kami ingat bahwa yang menolong kami dari malapetaka tiga hari yang lalu itu adalah orang tua yang nampaknya sangat alim. Hingga hati kami terdorong untuk sowan atau bersilaturrahim kepada Kyai yang sepuh yang dekat dengan tempat kami terdampar. Setelah kami bertanya kepada orang-orang yang kami jumpai, “adakah disekitar tempat ini seorang Kyai yang sepuh?”. Lalu kami disuruh menuju ke tempat ini (Genggong). Setelah sampai disini ternyata orang yang menolong kami waktu itu adalah orang ini. (bersamaan dengan itu tangan tamu tersebut menunjuk ke arah Alm. KH. Moh. Hasan Genggong.
Selain itu, ada sebagian masyarakat sekitar menceritakan salah satu karomah sang Kyai. Bahwa pada masa itu, keadaan ekonomi masyarakat sekitar Ponpes dilanda kesulitan ekonomi yang mencekam. Dari saking sulitnya, banyak dari penduduk yang terjangkit wabah penyakit hingga tidak sedikit yang meninggal.
Pada saat itu, sosok Kyai Hasan muncul sebagai penolong kesulitan tersebut dengan membagikan bantuan uang yang setiap hari dikeluarkannya. Hampir setiap pagi pada masa itu, Kyai memberikan sejumlah uang yang tidak sedikit jumlahnya. Hampir seluruh warga disekitar rumah beliau tidak percaya akan banyaknya jumlah uang yang Kyai Hasan keluarkan.
Hingga pada suatu ketika pernah ada yang mengintip Kyai Hasan saat bangun dari tidurnya beliau langsung membuka bantal dan mengambil beberapa pak lembaran uang. Hal ini terjadi cukup lama sampai kondisi perekonomian Masyarakat kala itu berangsur membaik. Dari karomah tersebut pulalah yang banyak kalangan tertentu menjuluki beliau dengan gelar Sang Wali Kutub.
Editor : Ahmad Hilmiddin
Artikel Terkait