PROBOLINGGO, iNewsProbolinggo.id - Film horor memang menjadi daya tarik sendiri, bagi pecinta filmm. Meski dibuat takut dan menegangkan, film horor masih banyak peminatnya, bukan hanya di Indonesia saja tapi di seluruh dunia.
Di Probolinggo, Jawa Timur, ada komunitas film bernama Tretan Film yang mencoba membuat sebuah film horor dengan mengangkat sosok landeur. Yaitu makhluk astral yang dipercaya masyarakat dengan ciri khas tinggi besar, mempunyai siung dan wajah menyeramkan.
Komunitas Tretan Film, dikelola oleh Feri sapaan akrabnya Mbah suro, beserta timnya termasuk mas Timbul. Mereka bersama- sama secara swadaya, membuat film landeur dengan waktu 2 hari dan berdurasi 15 menit.
"Kebetulan hari Minggu (24/09/2023) ada pemutaran film perdana kami yang berjudul landeur. Berlokasi di Warung Ngebul Gongso. Landeur sendiri diambil dari tokoh jaman kompeni dulu, yang menjalin hubungan cinta dengan wanita pribumi yang kemudian tidak direstui. Kemudian meninggal, dengan cara dibakar. Saat itulah arwah landeur gentayangan, menjadi sosok menyeramkan,"Jelas Timbul talent Tretan Film, Senin (25/09/2023).
Sementara Feri sang sutradara menyebut, landeur sendiri memang ada di daerah lainnya. Ceritanya juga beda-beda, tapi yang kita buat ini berdasarkan cerita dari Probolinggo sendiri.
"film horor ini bergenre horor komedi. Para penonton diharapkan merasa tertarik sekaligus terhibur. Saya dan teman-teman berharap kedepannya, banyak komunitas film yang membuat karya untuk mengangkat nama Probolinggo. Terlepas dari semua ituz kita juga butuh dukungan masyarakat khususnya dari pemerintah ," ujarnya.
Di sisi lain Dedi Irawan pemilik Warung Ngebul Gongso, sangat mengapresiasi dengan karya film yang mengangkat cerita daerah Probolinggo itu.
"Kita sangat apresiasi karya Tretan Film, akting para pemeran dipadukan musik yang tegang, membuat para penonton tadi jadi tegang dan merinding. Setidaknya ini bisa jadi stimulus buat komunitas film lainnya, lebih semangat lagi untuk membuat karya film, untuk mengangkat nama Probolinggo sendiri," jelasnya.
Editor : Ahmad Hilmiddin